Kamis 16 Dec 2010 19:00 WIB

Karena Muslim, Karyawan Hotel Dilarang ke Lantai Tertentu

Hotel Mandarin Oriental Washington DC, AS
Hotel Mandarin Oriental Washington DC, AS

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON-Karyawan Muslim di Hotel Mandarin Oriental Washington mendapatkan perlakukan diskriminasi karena dilarang menginjakkan kaki di lantai tempat delegasi Israel menginap pada akhir pekan lalu. Demikian disampaikan sebuah kelompok advokasi Muslim, seperti dilaporkan Washington Post, Selasa (14/12).

Seorang pekerja hotel, yang tugasnya meliputi seluruh lantai di hotel tersebut, mengatakan dirinya dengan bersiap-siap bekerja saat atasannya menghampiri dan mengatakan agar dirinya tak menginjakkan kaki di lantai delapan dan sembilan, tempat Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan delegasinya menginap.

‘’Saya bertanya mengapa?’’ kata karyawan Muslim yang tak ingin disebut namanya agar tak dipecat itu. ‘’Ada orang Israel di sini, dan mereka tak mau melihat Muslim,’’ ujarnya menirukan jawaban sang atasan.

General manajer hotel, Amanda Hyndman, mengaku tak tahu jika ada perintah untuk melarang karyawan Muslim menginjakkan kaki di lantai delapan dan sembilan pada akhir pekan.

Namun, ia mengatakan pihaknya memang mengubah sejumlah shif dan memberitahu sejumlah pekerja agar tak masuk menyusul laporan pemeriksaan yang dikeluarkan Kementrian Luar Negeri. Pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan terhadap latar belakang para karyawan hotel, dan menemukan sejumlah ketidakwajaran pada 12 pekerja. ‘’Kami tak tahu mengapa,’’ kata Hyndman, yang menambahkan tak semua dari ke-12 orang tersebut Muslim.

Usai menerima surat dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), Selasa, ia mengatakan pihaknya akan menyelidiki insiden ini. ‘’Kami menjunjung tinggi kebijakan kami yang antidiskriminasi.’’

Seorang pejabat di Kementrian Luar Negeri AS mengatakan pemeriksaan latar belakang biasa dilakukan terhadap mereka yang kemungkinan punya akses, atau bekerja, di sekitar pejabat yang dilindungi. Pemeriksaan ini termasuk pertanyaan terkait agama dan afiliasi politik. Ia mengatakan standar yang sama diberlakukan kepada semua delegasi.

Juru Bicara CAIR, Ibrahim Hooper, mengatakan pihaknya menunggu jawaban resmi dari hotel dan mempertimbangkan untuk memberikan litigasi. ‘’Kami harus tahu kriteria apa yang digunakan untuk menggeser para karyawan ini dari posisinya. Akan menjadi masalah bagi kami jika mereka diperlakukan begitu karena Muslim atau Timur Tengah.’’

Seorang pekerja mengatakan teman-temannya memperolok dirinya di kantin usai mendapatkan larangan tersebut, dengan mengatakan dirinya dianggap akan menyembunyikan bom di dalam pakaian.

Ia mengatakan dirinya pernah bekerja di sekitar orang penting, seperti mantan presiden George W Bush, tanpa ada masalah. ‘’Saya tak peduli tentang Israel. Saya bekerja di hotel ini 12 14 jam sehari, dan mereka menganggap saya seperti seorang kriminal, layaknya saya akan menyakiti mereka. Jika saya dianggap akan menyakiti mereka, mengapa saya tetap dipertahankan bekerja di sini, bahkan untuk satu hari?’’

Kasus serupa terjadi pada 2004, seorang satpam Muslim di Hotel Madison dilarang mendekat ke lantai 10 dimana delegasi Israel menginap. Dalam kasus itu, general manajer hotel mengatakan permintaan itu berasal dari pihak delegasi.

 

sumber : Washington Post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement