REPUBLIKA.CO.ID,
Penghafal Alquran di Jabar akan Diberi Penghargaan
BANDUNG--Tidak banyak orang-orang yang menghafal Alquran (Hafidz). Meskipun, para penghafal kitab suci itu begitu agung di hadapan Allah, namun hingga saat ini para penghafal itu masih sedikit sekali, baik dalam skala nasional maupun di Jawa Barat sendiri.
Mereka menghafalkan Alquran, tentu saja tidak karena keinginan mendapatkan pemberian atas hafalan mereka. Mereka melakukan itu untuk mendekatkan diri dan sebagai alat mencapai ridha-Nya. Kendati demikian, merupakan sebuah penghargaan besar jika pemerintah dapat meringankan beban hidup mereka.
Tampaknya, beban hidup para penghafal kitab suci (Huffadz al-Qur'an) itu akan lebih ringan di Jawa Barat. Pasalnya Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan merencanakan untuk memberi penghargaan terhadap mereka. Penghargaan itu, bisa merupakan biaya pendidikan hingga beban hidup lainnya.
Bahkan Heryawan mengaku tertarik dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang memberikan penghargaan kepada para penghafal kitab sebanyak 30 juz itu. "Saya setuju dengan Jawa Timur," kata Heryawan kepada Republika, Senin (29/11).
Pemprov Jawa Timur sendiri menyediakan bantuan untuk para penghafal al-Qur'an. Bantuan tersebut berupa santunan yang diberikan seperti kepada para guru ngaji. Selain itu, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menyediakan kuliah gratis untuk para penghafal tersebut. "Itu semua untuk memberi penghargaan pada Hafidz," kata Waki Gubernur Jatim, Syaifullah Yusuf beberapa waktu lalu.
Menurut Heryawan, para penghafal tersebut merupakan seorang yang unggul, sehingga sangat perlu diberi penghargaan. "Mereka kan orang-orang yang unggul, sangat mungkin kita memberikan bantuan dan penghargaan," jelasnya.
Dia mencontohkan adanya kemungkinan bahwa para penghafal Al-Qur'an di Jawa Barat saat ini masih sedang duduk di bangku kuliah. Oleh karenanya, mereka juga perlu diringankan biaya perkuliahannya. "Kan mungkin ada yang kuliah di Unpad, ITB, dan seterusnya. Jadi perlu diberi penghargaan," lanjut Heryawan. Selain bantuan dalam bidang pendidikan, ketokohan dan peran sosial mereka juga akan diperhatikan.
Sementara itu, Prof Dr Asep Saiful Muhtadi, Guru Besar Fikom Universitas Padjajaran Bandung, mengapresiasi rencana Gubernur tersebut. Rencana itu, menurunya, seperti gayung bersambut yang sangat positif, dengan kondisi masyarakat Jawa Barat yang sekitar 90 persen muslim. “Memang masalah menghafal Alquran tidak hanya diserahkan kepada umat saja, tetapi pemerintah harus memberikan porsi yang memadai terhadap hal ini,” kata Asep.
Hal itu kata dia, karena keprihatinannya terhadap kondisi anak-anak kecil di Jawa Barat yang sangat rendah dalam membaca Alquran. Dikatakannya, dari data statistik diketahui bahwa anak-anak usia SD yang sedang belajar membaca Alquran hanya sekitar 10 persen. “Ini kan sungguh menyedihkan,” tandasnya. “Akibatnya, banyak jamaah haji di Jawa Barat yang bisa membaca doa dengan huruf latin.”
Hingga sejauh ini, ia mengaku, masih melihat bahwa perhatian pemerintah untuk memasyarakatkan Alquran masih sangat minim. Pemerintah masih memberikan penghargaan pada para penghafal Alquran yang menjadi pemenang momen-momen tertentu saja. Padahal, mestinya, penghafal itu harus diberi penghargaan dan bahkan diringankan beban hidupnya agar bisa hidup layak.
Dia juga mengaku prihatin dengan adanya penghafal Alquran yang telantar secara ekonomi. “Saya kira mereka adalah orang-orang luar biasa,” paparnya. Penghargaan tersebut, menurutnya, bisa menjadi daya dorong terhadap masyarakat untuk berminat terhadap Alquran. “Saya kira tidak rugi memberikan bantuan pada mereka, sebab mereka juga masih sangat sedikit.”