Kamis 18 Nov 2010 09:36 WIB

Jamaah Darul Quran Shalat Tanpa Alas

Rep: Antara/ Red: Budi Raharjo
Jamaah Darul Quran
Jamaah Darul Quran

REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO--Puluhan jamaah Darul Quran pimpinan Mahrus Ali warga Tambak Sumur, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jatim, melakukan shalat Idul Adha tanpa menggunakan alas seperti sajadah yang lazimnya digunakan oleh umat Islam pada umumnya.

Pimpinan jamaah Darul Quran Mahrus Ali, Rabu (17/11) mengatakan, shalat tanpa alas seperti sajadah tersebut sesuai dengan aturan dari Al Quran dan Hadist yang ada. "Kami melakukan shalat ini sesuai dengan aturan dan berlaku dan tidak perlu dibeda-bedakan karena Islam itu memuat ajaran yang baik serta tidak menyesatkan," katanya.

Selain tanpa menggunakan alas seperti sajadah, jamaah Darul Quran ini juga melakukan shalat di lahan kosong utara pintu masuk tol simpang susun Waru-Juanda di kawasan Tambak Sumur bukan di masjdi atau lapangan.

Mereka juga tetap mengenakan alas kaki seperti sepatu dan sandal yang mereka pakai untuk melakukan ibadah shalat Idul Adha.

Dalam menjalankan shalat Idul Adha ini, kata dia, imam dan para makmumnya yang terdiri dari shaf depan lelaki dewasa, kecil dan belakang shaf wanita berjumlah sekitar 30 orang. Tatanan dalam bertakbir, dalam rakaat pertama dan kedua, jamaah yang kebanyakan penghafal Al Quran ini hanya melakukan sebanyak satu kali, tidak pada umumnya rakaat pertama tujuh kali dan kedua lima kali.

Pada posisi sesudah takbir, imam dan makmum jamaah ini juga dalam sikap biasa, tidak menyedekapkan tangan kanan di atas tangan kiri. Menurut dia, apa yang dilakukan dalam menjalankan shalat ini, sesuai dengan apa yang pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW seperti yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits.

Ia mengemukakan, Nabi Muhammad dalam bershalat, tanpa menggunakan alas dalam bersujud dan itu yang menjadi panutannya selama ini. "Sujud dengan posisi kepala lansung menyentuh tanah, bisa menjadikan atau menjauhkan orang itu dalam bersifat negatif," ucapnya yakin.

    

Dengan bersujud seperti ini, kata dia, bisa membawa pelaku sujud di atas tanah, menjadi tunduk dan tawadhu di hadapan Allah SWT. "Jadikan bumi atau tanah itu untuk masjid dan tempat bersujud. banyak yang sudah mengikuti shalat di tanah lapang, tapi sayang masih menggunakan alas atau sajadah. Dan itu dinilai 'di'dah' atau tertolak," dalihya.

Dalam takbir, lanjutnya, yang dilakukannya itu sudah sesuai dengan apa yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam haditsnya. Takbir lebih dari satu kali itu, dalam hadits diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Imam Tirmidzi sendiri mengakui kalau takbir melebihi satu kali itu kurang kuat.

    

Sementara itu, terkait dengan hewan kurban seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim AS, dalam berkurban yang afdhol atau utama adalah menyembelih kambing, bukan sapi atau lainnya. "Dan hewan yang dikurbankan itu tidak harus mahal, sederhana juga boleh dan kalau bisa hewan yang disembelih itu nilainya mahal, seperti sapi atau lainnya yang tidak sesuai dengan tuntunan nabi dan hal itu tergolong sedekah," katanya.

Selain itu, kata dia, hewan kurban yang bagus itu disembelih sendiri, bukan disembelihkan orang lain. "Kalau alasannya orang yang kurban itu takut, bagaimana kalau dihadapkan dengan perang untuk membela agama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement