REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Salah satu problematika yang dihadapi kota-kota besar seperti Jakarta adalah kemacetan. Kendaraan seperti mobil dan sepeda motor di masa kini sama dengan kuda yang digunakan pada masa Rasulullah SAW, yakni sebagai alat transportasi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah menjelaskan tentang tiga tipe kuda.
Rasulullah bersabda, "Kuda itu ada tiga macam: menjadi dosa bagi seseorang, menjadi tameng bagi seseorang, dan menjadi ganjaran bagi seseorang. Pertama, adapun kuda yang menjadi dosa bagi seseorang adalah kuda yang diikat dengan maksud pamer, bermegah-megahan, dan memusuhi penduduk Islam. Kuda itu bagi pemiliknya merupakan dosa."
"Kedua, adapun yang menjadi tameng bagi seseorang adalah kuda yang diikat pemiliknya untuk berjuang di jalan Allah, kemudian pemilik itu tidak melupakan hak Allah yang terdapat pada punggung dan leher kuda. Kuda itu menjadi tameng bagi pemiliknya (penghalang dari api neraka)."
"Ketiga, kuda yang menjadi ganjaran bagi pemiliknya adalah kuda yang diikat untuk berjuang di jalan Allah dan untuk penduduk Islam pada tanah yang subur dan taman. Maka, sesuatu yang dimakan oleh kuda itu pada tanah subur atau taman pasti dicatat untuk pemiliknya sebagai kebaikan sejumlah yang telah dimakan oleh kuda, dan dicatat pula kebaikan untuk pemiliknya sejumlah kotoran dan air kencingnya."
Hadis yang tercantum dalam kitab Sahih Muslim (nomor 1647) itu menjelaskan bahwa kendaraan yang dimiliki akan menjadi dosa manakala dibeli dan digunakan dengan tujuan untuk pamer kekayaan dan digunakan untuk maksiat. Terlebih, uang untuk membelinya hasil korupsi.
Pemilik kendaraan hendaknya menyadari bahwa kendaraan yang dimilikinya pada hakikatnya milik Allah. Wajib baginya untuk merawat dan membayar zakatnya. Sehingga, kendaraan yang digunakannya itu nyaman digunakan untuk bekerja dan bersilaturahim. Dan, di akhirat kelak menjadi tameng bagi pemiliknya dari api neraka.
Selain itu, pemilik kendaraan pun bisa memberikan tumpangan kepada orang lain, seperti saudara, tetangga, dan teman sekantor. Sehingga, kendaraan itu tak dibiarkan melaju dengan kosong. Kendaraan yang digunakan di jalan Allah, baik bahan bakar minyak, polusi, suara mesin, maupun kecepatan yang dikeluarkannya, akan berbuah pahala bagi pemiliknya. Mari mengatasi macet dengan berbagi dan peduli. Wallahu a'lam.