Jumat 12 Nov 2010 01:31 WIB

Studi: Pasien Perempuan Muslim tak Nyaman dengan Dokter di AS

ilustrasi
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Para dokter di Amerika Seirkat sepertinya bakal menyesuaikan diri dengan kepercayaan yang dianut Islam dan nilai-nilai yang dikembangakannya guna menjaga psikologi dan hubungannya dengan para pasien muslim. Demikian terungkap dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, Rabu (10/11).

Hasil tersebut, kemungkinan dapat menjadi penting mengingat populasi muslim di Amerika terus mengalami peningkatan hampir 7 juta penduduk. "Perempuan akan mengatakan, 'Saya membatalkan diri berobat karena saya tidak dapat menemukan kenyamanan yang diterima sebagai seorang perempuan. Mereka menginginkan saya untuk melepaskan baju, jelas saya tidak merasa nyaman," ujar peneliti utama Aasim Padela.

Padela merupakan seorang muslim lulusan dokter Universitas Michigan. Ia juga merupakan peneliti tamu di Pusat Studi Islam Universitas Oxford, Inggris di London. Padela mengatakan, pihaknya tidak dapat menilai bagaimana preferensi untuk dokter jenis kelamin yang sama dan kecemasan tentang baju rumah sakit, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan tanpa ada perbedaan antara muslim dan agama lainnya.

Ia mengakui bahwa hal tersebut sepertinya sulit. Sebab, biodata para pasien selalu merujuk pada etnis ataupun keterununan lainnya dan bukan berdasarkan agama tertentu. Dalam Jurnal Etika Medis, Padela dan Koordinator Pembimbing Pablo Rodriquez del Pozo, pengajar Etika Medis di Pusat Kesehatan, Universitas Cornell di Doha Qatar, mengungkapkan bahwa seorang perempuan yang mengenakan jilbab, datang ke UGD untuk memeriksakan kakinya yang sakit usai jatuh. Kemudian, perempuan tersebut menanyakan apakah ada seorang dokter perempuan.

Merujuk pada Bioetika Islam, pertama, pasien muslim dapat memilih dokter yang seagama atau sejenis dengannya. Kedua, dapat memillih dokter yang berbeda agama, tapi yang sesama jenis. Kemungkinan persepsi yang akan diterima pasien adalah ketidaknyaman. Dan seharusnya dokter dapat menghilangkan rasa kekhawatiran tersebut, ujar Pandela.

Ia juga menuturkan, pasiden dan dokter dapat membuat semacam kesepakatan, yakni perawat perempuan yang melakukan pemeriksaan, sementara sang dokter melakukan observasi atas penyakit yang diderita pasien.

sumber : usatoday
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement