Kamis 11 Nov 2010 17:36 WIB

Di Tempat Inilah Perang Islam-Barat Pertama Kali Terjadi

Rep: Yasmina Hasni/ Red: irf
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Mu`tah adalah sebuah kampung yang terletak di perbatasan Syam. Desa yang ada di tepi Sungai Jordan ini, kini masuk dalam provinsi Kerak wilayah Yordania. Mu'tah saat ini merupakan wilayah yang semarak dengan deretan pohon pinus di sepanjang jalan.

Tidak seperti wilayah lain di Arab Saudi, di Mu'tah tidak banyak orang berjubah. Bahkan, kabarnya juga tidak ada unta. Hal ini karena Mu'tah masuk wilayah Mediterranean yang memiliki empat musim. Pada musim dingin, Mu'tah seringkali diselimuti salju. Kampung Mu'tah, pada masa Rasulullah SAW menjadi salah satu saksi penting sejarah perkembangan Islam.

Di dekat kampung ini, terjadi peperangan antara bangsa Arab yang sudah memeluk Islam dengan aliansi bangsa Arab pemeluk Nashara dan Bangsa Eropa dari kerajaan Romawi.

Beberapa literatur menyebutkan, perang ini adalah perang pertama umat Islam melawan bangsa Barat.

Perang ini terjadi setelah utusan Rasulullah yang membawa pesan damai, Harits bin Umair al-Azdi, dibunuh Gubernur Bashrah, Syurahbil bin Amr. Tentu saja, tindakan ini dianggap sebagai deklarasi perang terhadap kaum Muslimin Madinah.

Maka, pada tahun ke-8 Hijriah, Rasulullah menyiapkan pasukan yang jumlahnya 3.000 personil untuk menyerang Bashrah. Pada perang ini, Rasulullah tidak turut serta dan tetap berada di Madinah. Sebelum berangkat, Rasulullah memberi instruksi kepada para pasukan.

"Pemimpin pasukan adalah Zaid bin Haritsah. Jika dia terbunuh, pengganti nya adalah Ja'far bin Abi Thalib. Jika ia terbunuh, penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah. Dan jika dia terbunuh juga, maka pasukan Muslimin harus menunjuk salah satu dari mereka untuk menjadi pemimpin.'' Pergerakan kaum Muslimin Madinah diketahui oleh penguasa Bashrah. Ia pun menyiapkan pasukan sebanyak 100 ribu personel bangsa Arab yang terdiri atas klan-klan Lakham, Judzam, Qain, dan Bahra. Jumlah ini masih ditambah lagi dengan pasukan Romawi, yang juga berjumlah 100 ribu personel. Romawi memberi bantuan, karena Bashrah saat itu masuk wilayah jajahan Romawi.

Pasukan kaum Muslimin yang mendengar berita soal besarnya jumlah pasukan musuh, sempat ragu dan khawatir. Sebagian mereka berpikiran untuk mengirimkan surat kepada Rasulullah, memberitahukan situasi yang dihadapi. Namun, panglima pasukan Muslim Zaid bin Haritsah mampu membakar semangat pasukannya, sehingga tetap teguh maju ke medan pertempuran. Tepat pada bulan Jumadil Ula tahun ke-8 Hijriah, dua pasukan pun bertemu di Mu'tah.

Seperti yang diinstruksikan Rasulullah, awalnya Zaid bin Haritsah yang tampil memimpin pasukan. Namun setelah beliau syahid terkena ujung tombak, posisinya digantikan oleh tokoh-tokoh seperti yang diintruksikan Rasulullah. Terakhir, kepemimpinan dipegang Abdullah bin Rawahah namun beliau akhirnya juga gugur. Kepemimpinan Abdullah ini kemudian diganti Khalid bin al-Walid.

Dibawah kepemimpinan Khalid bin al-Walid inilah, pasukan umat Islam mampu membalikkan situasi. Dengan jumlah pasukan yang kalah jauh, Khalid membuat strategi memecah pasukan Muslimin menjadi dua sayap. Ketika malam tiba, masing-masing sayap pasukan Muslimin menempati posisi yang ditentukan. Pagi harinya, dua sayap itu menyerang musuh secara berbarengan.

Serangan tiba-tiba dari dua arah ini, ternyata membuat pasukan musuh terkejut. Mereka mengira, pasukan kaum Muslimin mendapat tambahan pasukan. Sebelum mereka menyadari apa yang sebenarnya terjadi, pasukan Muslimin berhasil menghancurkan dan memukul mundur pasukan musuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement