Senin 08 Nov 2010 06:33 WIB

Muhammadiyah-NU Dukung Penutupan Lokalisasi Dolly

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Budi Raharjo
Lokalisasi Dolly
Lokalisasi Dolly

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Dukungan terhadap penutupan lokalisasi Dolly terus mengalir. Kali ini, dukungan datang dari dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) Jatim.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim, Nurcholis Huda, akan mendorong Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi Dolly. Dengan begitu, otomatis pihaknya akan membantu niatan mulai Soekarwo yang berencana menutup Dolly. “Muhammadiyah secara prinsip setuju Dolly ditutup. Kami pasti mendukung,” ujarnya via telepon seluler kepada Republika, Ahad (7/11).

Ia melanjutkan, alasan penolakan Muhammadiyah adalah tak ingin di Surabaya berdiri lokalisasi, yang merupakan simbol kemaksiatan. Maka itu, Nur Cholis mengapresiasi jika penutupan Dolly meniru sistem di Kramat Tunggak, Jakarta, dengan mengantinya menjadi kawasan Islamic Center. “Pelacuran harus ditutup. Jika tak bisa, harus dipindahkan dari Surabaya,” jelas mantan sekretaris PW Muhammadiyah Jatim tersebut.

Menurut Nur Cholis, perbedaan sikap antara Wali Kota Surabaya dengan Gubernur Jatim hanya berbeda pada cara menyelesaikan masalah terkait keberadaan tempat prostitusi tersebut. Ia yakin jika sebenarnya kedua orang tersebut sama-sama setuju jika Dolly ditutup. “Mungkin cara pendekatan dan penanganannya yang berbeda antara Wali Kota dengan Gubernur. Tapi, kita terus dorong agar upaya penutupan bisa dilakukan,” katanya.

Terpisah, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim KH Mutawakkil Alallah meminta penutupan Dolly jangan hanya sekedar wacana, tapi harus dibuktikan secara konkrit di lapangan. “Sudah lama kami sebenarnya menginginkan lokalisasi Dolly ditutup. Mumpung Gubernur mewacanakan penutupan Dolly. Kalau bisa jangan wacana saja, sebab kami setuju,” katanya.

Mutawakkil mengungkapkan bahwa dirinya malu jika Jatim, khususnya Surabaya memiliki lokalisasi terbesar dari segi penghuni. Pasalnya, kata Mutawakkil, Jatim tercatat sebagai provinsi yang paling banyak memiliki pesantren. Dari sekitar 14 ribu pesantren di Indonesia, 60 persen berada di Jatim.

“Fakta itu membuat saya malu. Hampir setiap pertemuan baik skala nasional maupun internasional, ulama asal Jatim selalu ditanya soal Dolly,” bebernya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement