REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Pemimpin Gereja Koptik Mesir, Paus Shenouda III, siap-siap memenuhi panggilan pengadilan untuk dimintai keterangan terkait tindakannya yang diduga telah memenjarakan seseorang wanita yang telah menjadi muallaf. Istri seorang pendeta itu dipenjara oleh gereja karena telah berpindah agama.
Sekelompok pengacara Muslim di Mesir telah mengajukan gugatan ke pengadilan administrasi Mesir dan menuntut agar pihak Gereja Koptik melepas wanita yang bernama Camillia Shehata itu. Sidang kasus ini dijadwalkan digelar pada 2 November 2010. Shehata (24 tahun) meninggalkan rumahnya di selatan Kota Dir-Moas pada Juli lalu. Dia menghilang selama lima hari. Shehata akhirnya ditemukan oleh aparat keamanan Mesir dan dikembalikan ke gereja di mana dia berasal.
Awalnya, dihembuskan isu bahwa Shehata diculik dan dipaksa masuk Islam sehingga memicu protes anti-Islam oleh Gereja Koptik di Kairo dan daerah asal Shehata. Namun Ahad (29/8) lalu, organisasi Hak Asasi Manusia dan demonstran dari kalangan Muslim balik menuduh gereja telah mengekspos kasus Shehata.
''Kami khawatir dengan keselamatan Shehata dan kebebasan pribadinya,'' kata Hossam Bahgat, Direktur Eksekutif Inisiatif Mesir untuk Hak Asasi Manusia yang berkantor pusat di Kairo, kepada media massa. ''Shehata meninggalkan rumahnya secara sukarela, namun dia dipaksa kembali ke keluarganya. Tidak ada dasar hukum untuk warga negara yang sudah dewasa untuk dikirim pulang ke komunitas agama asalnya atau keluarganya.''
Bahgat menambahkan, pemulangan paksa Shehata kepada keluarganya hanya akan memperburuk ketegangan sektarian yang ada. ''Negara dan Gereja mungkin berpikir bahwa dengan langkah itu akan meredakan ketegangan sektarian, namun sebenarnya kita memperingatkan bahwa perilaku ini hanya akan menambah ketegangan,'' ujar Bahgat mengingatkan. ''Komunitas Koptik sudah rentan dan terkena kekerasan sektarian. Situasi ini mungkin akan menambah ekskalasi ketegangan.'''
Direktur Jaringan Arab untuk Informasi Hak Asasi Manusia, Gamal id ', menilai upaya mengembalikan Shehata ke komunitasnya sebagai bentuk penculikan oleh Gereja Koptik. Dalam jumpa pers menandai Hari Internasional Penghilangan secara Paksa, dia menyalahkan pemerintah Mesir yang mengizinkan pemulangan paksa Shehata. Pemerintah dikatakannya telah mengizinkan gereja yang telah bertindak seperti negara dalam negara.
Akhir pekan lalu, ratusan umat Islam berdemonstrasi dan berdoa di depan Masjid Nour. Mereka menyerukan agar Shehata dikembalikan ke komuitas Muslim. Para pengunjuk rasa membawa foto-foto Shehata yang mengenakan cadar hitam dan poster berisikan kalimat, 'Aku akan mati sebagai seorang Muslim', demikian ditulis harian Mesir Al-Masry Al-Youm. Penganut Kristen Koptik hanya berjumlah 9 persen dari 80 juta penduduk Mesir.