Sabtu 28 Aug 2010 20:37 WIB

Islam di Kanada Tumbuh di Tengah Toleransi Sekularisme

Perhelatan sebuah acara di Islamic Center Kanada (Ilustrasi)
Foto: AGA KHAN
Perhelatan sebuah acara di Islamic Center Kanada (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Mackenzie Clugston, mengunjungi Pondok Pesantren Darunnajah di bilangan Jakarta Selatan, baru-baru ini bertepatan waktunya saat para santri sedang berpuasa Ramadan. Ia datang bukan untuk mendaftar sebagai santri guna menuntut ilmu tentang Islam selama Ramadhan tetapi untuk memenuhi undangan dari sekolah Islam terpadu itu yang disampaikan saat sejumlah santri yang didampingi guru mereka bertandang ke Kedutaan Besar (Kedubes) Kanada.

Clugston pun turut serta dalam acara berbuka puasa bersama dengan mencicipi hidangan yang tersedia ketika azan shalat Maghrib berkumandang. Dalam rangkaian kegiatan yang berlangsung sekitar tiga jam, pihak kedubes membawa film dokumenter tentang kehidupan Islam di Kanada yang berjudul "New Life in a New Land", untuk ditayangkan. Kemudian acara dilanjutkan dengan sebuah diskusi antara Dubes Clugston dan para siswa serta guru sekolah.

Clugston memaparkan bahwa kehidupan antarumat beragama di negaranya yang sekuler tentu berbeda dengan negara yang memiliki agama resmi. "Nilai-nilai toleransi sangat tinggi dan seharusnya agama tidak pernah menyebabkan gesekan sosial," katanya.

Sebagai gambaran, di Kanada sekularisme dikawinkan dengan multikulturalisme yang ditandai oleh prinsip pengakuan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Karena itu sekularisme tidak saja ramah terhadap agama, namun lebih dari itu, negara memberikan bantuan terhadap agama-agama minoritas. "Negara tidak membatasi perkembangan agama apapun, walau mayoritas penduduk Kanada menganut agama Kristen," katanya.

Dalam perjalanannya, Islam di Kanada merupakan komunitas yang cepat tumbuh dan tergolong pesat perkembangannya. "Perkembangan Islam di Kanada yang pesat disebabkan oleh banyaknya imigran ke negara tersebut. Sebagian besar merupakan pendatang dari Bosnia, Somalia, Pakistan, negara-negara Timur Tengah, dan juga Asia Tenggara," kata Dubes Clugston ketika menjawab pertanyaan santri tentang bagaimana penyebaran Islam di Kanada.

Hal ini merupakan sesuatu yang menarik, karena dalam film dokumenter yang berdurasi hampir satu jam itu digambarkan bagaimana permulaan Islam datang ke Kanada hingga perkembangannya menjadi salah satu agama minoritas yang dihormati. Dalam film itu dituturkan  padang rumput Kanada adalah wilayah penting dalam pengembangan awal komunitas Muslim di Amerika Utara.

Paham sekularisme yang diterapkan di Kanada ternyata memperkuat nilai-nilai interaksi dan toleransi antarumat beragama di negara bekas persemakmuran Inggris itu seperti dituturkan Dubes Clugston. Cerita-cerita menarik pun bermunculan dan yang paling dikenang oleh keturunan perintis awal adalah pembukaan masjid Al Rashid pada tahun 1938.

Penyelenggaranya adalah wali kota Alberta, yang merupakan keturunan Arab-Kristen. Di sanalah sebuah pandangan multi keagamaan dimulai, ketika wali kota Edmonton juga turut hadir dalam acara itu. Peresmian masjid dilakukan oleh Yusuf Ali, seorang sarjana Muslim terkenal dan penerjemah Al Quran yang paling banyak digunakan dalam bahasa Inggris.

Film itu menunjukkan bagaimana tren imigrasi telah berubah dalam beberapa dekade sebagai respons atas kebijakan pemerintah dan bagaimana hal itu telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan komunitas Muslim di Kanada. Masyarakat Muslim tidak terlihat keberadaannya di Kanada sampai setelah tahun 1960-an, ketika kebijakan imigrasi mengizinkan lebih banyak orang Asia, Arab dan Afrika masuk ke negara di Amerika Utara itu.

Berawal dari beberapa keluarga di tahun 1960-an, para imigran membentuk dasar bagi masyarakat yang berkembang saat ini. Dalam film tersebut sejumlah pendiri komunitas Muslim yang datang ke Kanada memberi komentar. Mereka sangat aktif dalam pengembangan komunitas Muslim di Kanada.

Individu dan masyarakat imigran telah beradaptasi untuk bertahan di negara yang sangat berbeda dari negara asalnya. Sering tidak mudah bagi mereka karena masih ada juga kasus-kasus seperti rasisme, bias media dan stereotip. "Perbedaan akan selalu diterima berbeda oleh setiap masyarakat, dan menjadi yang minoritas di antara kelompok mayoritas merupakan hal yang sulit pada awalnya, namun saling menghargai dan menghormati adalah kuncinya," kata dubes itu.

"Anda semua dapat mempertahankan warisan budaya anda ketika tinggal di Kanada, karena semuanya memperkaya budaya kanada yang kompleks." tambahnya. Kemudian, film itu juga meneliti mengapa Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di Kanada dan mengapa begitu banyak orang menerima Islam sebagai agama baru mereka, dan juga disoroti nilai-nilai bersama antara masyarakat dan Islam.

Ia menekankan bahwa pemerintah Kanada memandang toleransi sebagai sesuatu yang sangat penting, "Kita tidak dapat mengubah agama kita, warna kulit, dan lain-lain, tapi kita bisa menghormati perbedaannya," demikian Dubes Clugston.

sumber : Panji Pratama/ANT
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement