Rabu 25 Aug 2010 07:30 WIB

Jihad Bisnis, Langkah Terobosan Memakmurkan Umat

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Diskusi tentang jihad bisnis
Foto: businessjihad.com
Diskusi tentang jihad bisnis

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Minimnya geliat pengusaha Muslim di dunia dinilai taipan bisnis asal Johor, Muhammad Ali Hashim sangat disayangkan. Menurut dia, sudah seharusnya pengusaha Muslim turut ambil bagian dalam geliat perekonomian dunia. Peran itu sangat penting sehingga dunia Islam memiliki suara yang kuat.

"Sangatlah penting bagi setiap Muslim untuk terintegrasi dengan ekonomi global. Cara terbaik untuk melalui itu adalah berbisnis," ungkap pemilik Johor Coporation, Malaysia seperti dikutip dari BBCnews, Selasa (24/8). Hasim menyebut dari 90 persen perusahaan yang dimiliki pengusaha Muslim dari ujung Maroko hingga Malaysia hanya 10 persen yang mampu bertahan hingga generasi ketiga.

Sementara itu, kata dia, perusahaan keluarga sejenis di Korea dan Jepang mampu bertahan hingga generasi berikutnya. Bahkan perusahaan itu berkembang pesat hingga ke luar negeri. "Anda membutuhkan seorang entrepreneur yang berpikir ke depan, sosok yang siap dengan bisnis yang mereka jalankan," tuturnya.

Hashim menilai model entrepreneur yang dimaksud bisa dibentuk dengan cara mengadaptasikan kemahiran dan meniru cara berbisnis dari segala penjuru dunia. Hashim percaya, dengan berbisnis, umat Islam bisa membuat kesejahteraan, pekerjaan, menghilangkan kemiskinan dan melahirkan banyak ide. "Bisnis umat Islam tentu saja bukan sembarang bisnis biasa melainkan jihad di kancah bisnis," tegasnya

Sebelum perusahan itu menguasai lebih dari 280 perusahan dengan multibidang, JCorp hanyalah perusahaan milik negara bagian Johor, Malaysia. Seperti halnya perusahaan milik pemerintah, rumitnya birokrasi dan aturan yang membalutnya selalu jadi masalah. Oleh Hashim nilai-nilai itu segera diubah Hashim dengan tatanan nilai baru yang mampu menjembatani kesejahteraan di antara masyarakat Malaysia melalui pembagian kue yang adil.

Ide yang diusung Hashim saat itu adalah perusahaan berbasis wakaf. "Lembaga wakaf merupakan institusi Islam pertama yang dibangun Rasulullah. Lembaga ini memiliki peran yang sangat signifikan dan kuat," kata dia.

Hashim menambahkan kendati bersifat lembaga wakaf, kepemilikan saham dan aset perusahaan tetap mengacu ke Barat. Sejauh ini, seperempat dari perusahan yang dipimpin Hashim dioperasikan berdasarkan prinsip wakaf dan dia berharap angka itu akan meningkat sampai semua aset dan saham diikutsertakan secara penuh.

Berangkat dari pemikirannya yang brilian, Hashim kemudian diangkat menjadi Ketua pendiri Waqaf An-Nur Corporation. "Secara mendasar tujuan perusahan wakaf adalah upaya menghindarkan kerugian pada masyarakat, meningkatkan kualitas hidup dengan menghilangkan lembaga sosial dan menciptkan lembaga yang lebih produktif," kata dia.

Visi masa depan

Dewasa ini, penggunaan kata jihad condong berafiliasi dengan hal negatif. Meski demikian, Hashim menilai hal itu bisa diubah. Dia berpandangan, pemikiran tentang konsep jihad bisnis sejatinya tidak hanya merangkul umat Islam melainkan juga non Muslim. "Jihad bisnis bukan dan tidak hanya khusus Muslim saja," tuturnya.

Sebagian dari umat Islam mungkin memahami jihad adalah perang suci tapi tidak seharusnya melawan kuasa Tuhan tentang ide dan prinsip. Dia menilai dalam konteks tradisional, jihad adalah sumber energi yang melimpah dan penuh pemberdayaan.

"Memang harus diakui, panggilan jihad berasal dari dalam diri, usaha yang luar biasa tidak mengenal batas, dan keterbatasan dalam penyerahan penuh kepada kehendak Allah SWT," tegasnya. Hashim berpandangan, jihad tidak seharusnya milik kaum ekstremis dan kelompok yang mengejar kekerasan. "Bayangkan semua energi dan motivasi dalam semangat jihad dimanfaatkan, digerakkan, dan disalurkan terhadap pembentukan kemakmuran umat Islam dan dunia," ujarnya semangat.

Hashim mengatakan dengan jumlah populasi mencapai seperempat penduduk dunia, umat Islam tidak banyak melihat bisnis merupakan bagian dari upaya memenuhi kebutuhan rohani. Karena itu, konsep jihad yang dimaksud adalah usaha menjembatani kebutuhan material dan spiritual itu. "Satu-satunya perbedaan dibandingkan dengan kapitalisme konvensional adalah substitusi dari keserakahan yang memecah-belah dan keserakahan tanpa pamrih," tegasnya.

Belajar dari sejarah

Hashim menyadari keberadan konsep jihad bisnis sudah ada sejak peradaban Islam mengalami masa jayanya. Karena itu, Hashim menyakini, membangkitkan kembali peradaban Islam terutama dalam sektor bisnis merupakah hal yang harus dicapai. "Anda telah melihat apa yang telah diberikan peradaban Islam di masa lalu dalam sejarah umat Islam. Kita perlu membangkitkannya kembali," kata dia.

Islam, kata dia, mengajarkan umatnya untuk sukses dan jihad bisnis tidak kenal kata kompromi dalam mengejar hasil akhir berupa kemakmuran ekonomi yang merata. "Bisnis tidak hanya mengejar keuntungan dan nilai tambah ekonomi. Bisnis juga harus menghasilkan peningkatan yang baik melalui kode etik dan prinsip-prinsip moral yang tinggi," katanya. Menurut Hashim, setiap perusahan harus lebih bertanggung jawab dan mengambil sikap peduli terhadap masyarakat, kehidupan dan martabat manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement