Sabtu 14 Aug 2010 00:28 WIB

Mesir Siap Terapkan Sentralisasi Adzan

Ilustrasi
Foto: .
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Ada 4.000-an masjid di kota Kairo, Mesir. Terbayang bukan, jika masing-masing masjid mengumandangkan adzan dalam waktu yang berbeda dengan irama yang beraneka ragam?

Tak heran jika pemerintah Mesir merancang proyek ambisius untuk menyatukan waktu dan suara panggilan adzan di kota berpenghuni 18 juta orang itu. Proyek ini telah dirancang sejak enam tahun lalu dan akan diujicoba pada Ramadhan kali ini. Mestinya, sejak awal Ramadhan, namun karena ada gangguan sistem komunikasi maka tertunda beberapa hari.

"Mesir memiliki masalah dengan waktu," kata Sheik Abdel-Galil Salem, pejabat di Departemen Agama dan Wakaf. "Tujuan proyek kami adalah untuk secara akurat mengatur waktu doa sehingga disebut pada waktu yang sama dari setiap masjid, dan untuk mengontrol kualitas suara dalam panggilan adzan," katanya kepada Associated Press.

Meskipun secara teknis memiliki suara yang indah digariskan bagi muadzin, banyak yang melakukan panggilan sekenanya. "Ada yang suaranya tercekik, bahkan kacau pengucapannya," katanya.

Melalui proyek senilai 175 ribu dolar AS, setiap masjid akan dilengkapi dengan semacam alat penerima yang akan menyiarkan adzan yang sudah terprogram dari studio di sebuah masjid yang menjadi sentral. Abdel-Galil menyatakan, setiap masjid di kota itu diharapkan sudah mengadopsi sistem pada akhir bulan Ramadan ini.

"Kita sekarang hidup di era laptop dan komputer, teknologi maju bisa dimanfaatkan untuk kelancaran ibadah," ujarnya.

Namun pengembangan sistem terpadu ini bukan tanpa  kendala. Selain masjid, di Kairo banyak zawya, semacam mushala. Tiap-tiap zawya, dilengkapi pula dengan pengeras suara.

Ashraf Tawfiq, penduduk daerah pinggiran utara Nasr City, mengatakan zawya kecil di lingkungannya masih melakukan panggilan sendiri untuk berdoa, tapi masjid yang lebih besar memilih beralih ke sistem terpadu baru, yang katanya sangat indah. "Tetap saja suara sistem bertabrakan dengan suara adzan dari zawya," ujarnya. Selain itu, beberapa muadzin juga menentang sistem ini karena akan merampas "mata pencaharian" pahala mereka.

"Orang-orang di sini bersaing untuk melakukan panggilan shalat, sistem ini merampas pahala dari orang yang suka cita melakukannya," Sheik Youssef Salah, yang biasa memimpin doa di Masjid Al-Noor.

sumber : AP/Detroit News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement