Ahad 11 Jul 2010 04:21 WIB

Gebrakan Industri Halal di Pasar Dunia

Rep: heri ruslan/ Red: irf
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, dalam Forum Halal Dunia
Foto: ap
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, dalam Forum Halal Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kesadaran umat Muslim di dunia untuk mengonsumsi dan menggunakan produk halal terus meningkat. Produk-produk halal telah menjadi primadona dunia. Sekitar 1,6 miliar umat Muslim yang tersebar di berbagai benua menginginkan agar segala produk yang digunakan benar-benar terjamin kehalalannya.

Berdasarkan data Journal Halal, sebuah majalah berbasis di Kuala Lumpur, dalam 10 tahun terakhir, pasar makanan halal dunia sudah bernilai sekitar 632 miliar dolar AS per tahunnya. Menurut perhitungan majalah Time, nilai pasar makanan halal dunia itu setara dengan 16 persen dari total industri makanan di seluruh dunia.

Tak hanya makanan. Industri lainnya, seperti; keuangan, berbagai produk dan jasa meliputi kosmetik, real estate, hotel, fashion, asuransi sudah beramai-ramai hijrah menjadi sesuatu yang terjamin kehalalannya. Semua industri berlomba untuk menyesuaikan diri dengan hukum Islam dan ajaran Alquran.

"Nilai transaksinya melampaui 1 triliun dolar AS per tahun," tulis majalah Time dalam sebuah laporannya. Berkembangnya produk-produk halal tak lepas dari geliat umat Muslim di dunia yang lebih baik dari sisi ekonomi. Saat ini, kondisi ekonomi umat Islam dinilai lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Melihat peluang pasar yang begitu menggiurkan, sejumlah perusahaan multinasional non-Muslim seperti Tesco, McDonald's, Nestle menerobos peluang pasar halal yang menjanjikan itu. Menurut Time, produk ketiga industri makanan itu telah menguasai 90 persen pasar halal global.

Seakan tak ingin ketinggalan, pemerintah di Asia dan Timur Tengah pun telah memposisikan diri sebagai "pusat industri halal". Negara-negara itu menyediakan pusat-pusat manufaktur yang dibuat khusus dan "logistik halal" -sebuah sistem untuk menjaga kemurnian produk selama pengiriman dan penyimpanan. Kini, meningkatnya persaingan telah mengubah manufaktur dan rantai pasokan di beberapa tempat yang tidak biasa. Menurut Time, sebagian besar ayam yang dikonsumsi masyarakat Arab Saudi diimpor dari Brazil. Itu artinya, pemasok ayam Brasil telah membangun fasilitas penyembelihan halal. Rumah pemotongan hewan (RPH) di Selandia Baru -eksportir terbesar domba halal di dunia pun menarik perhatiani Iran dan Malaysia.

Bahkan, Belanda pun turut berkecimpung dalam industri halal dengan memaksimalkan peran Rotterdam sebagai pelabuhan terbesar di Eropa. Di pelabuhan itu dibangun 'gudang-gudang halal'. Sehingga barang halal yang diimpor tidak disimpan di samping daging babi atau alkohol.

Industri makanan tak pernah redup, meski dunia dililit krisis ekonomi. "Apakah terjadi penurunan (industri makanan, red)?" Tanya Nordin Abdullah, direktur eksekutif Halal Journal. "Anda tidak perlu tas Gucci, tetapi Anda perlu hamburger." Tidak hanya hamburger. Perusahaan obat-obatan di Inggris seperti Principle Healthcare dan perusahaan farmasi di Kanada, Duchesnay sekarang menjual vitamin halal yang bebas dari gelatin dan turunan hewan lainnya yang sebagian ulama Islam mengatakan haram.

Beberapa tahun terakhir, Granulab, perusahaan yang berbasis di Malaysia menghasilkan bahan cangkok tulang sintetis guna menghindari penggunaan tulang binatang. Sejak 2009, para ilmuwan Malaysia dan Kuba juga berkolaborasi untuk memproduksi vaksin meningitis halal.

Di kawasan Teluk, sejumlah perusahaan real estate juga mulai menerapkan prinsip syariah. Mereka mendesain spa dan kolam renang yang memisahkan antara perempuan dan pria. Sedangkan, untuk merespons ke luhan Muslimah yang prihatin tentang produk perawatan kulit yang mengandung alkohol atau lemak hewan, beberapa perusahaan kosmetik mulai menciptakan makeup halal. Majalah Time pun menyoroti industri keuangan Islam yang sedang berkembang. Industri keuangan syariah menjadi alternatif di tengah krisis ekonomi global. Industri keuangan syariah pun mulai dilirik kalangan non-Muslim.

Meski nilai industri keuangan Islam baru mencakup 1,0 persen dari pasar global, pertumbuhannya mencapai 15 persen per tahun. Tak lama lagi nilainya bisa mencapai 4 triliun dolar AS, naik dibandingkan tahun 2008 yang hanya 500 miliar dolar AS. Inilah bentuk konkret bahwa ajaran Islam menjadi rahmat bagi sekalian alam.

sumber : Time
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement