Oleh Prof Dr HM Baharun
Iman secara etimologis berarti kepercayaan atau keyakinan. Secara epistemologis, iman bermakna iktiqad, yaitu sesuatu yang mengikat seseorang dengan iman dan yakin secara totalitas kepada Allah SWT dengan segala konsekuensinya. Dalam Alquran, iman itu disebut sebagai cahaya (QS 2:257, 5:15-16, 13:16, 24:40, 33:43, 39:22, 42:52, 57:9, 28, 61:8, 65:11).
Iman itu pada awalnya diucapkan secara lisan (qaulun bi al-Lisan), kemudian disertai dengan keyakinan di dalam hati (i'tiqadun bi al-Janan), dan lantas konsekuensi logisnya dilanjutkan dalam bentuk amalan ('amalun bi al-Arkan).
Dari akar "iman" ini pula ada kosakata "aman" yang mengisyaratkan pada kita bahwa iman itu akan menghasilkan rasa aman, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Iman dan aman, ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Secara kimiawi adalah merupakan dua entitas yang senyawa dan tak mungkin bertentangan.
Aman, rasa aman, dan keamanan adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan setiap insan. Sebab, tidaklah beriman seseorang yang tidak mampu memberikan rasa aman kepada orang lain. Keamanan memang bukan segalanya, namun kehilangan rasa aman, orang bisa kehilangan segalanya.
Kemudian, dari akar kata"aman" ini juga ada istilah "amanat". Artinya, seorang yang beriman (mukmin) sudah pasti dituntut harus berlaku amanat (jujur). Antonim amanat adalah khianat (tidak jujur), yang tentu tidak senyawa dengan sifat amanat yang baik dan membaikkan itu.
Apa yang terjadi saat ini di negeri kita adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Karena pendidikan keimanan gagal, rasa aman hilang di tengah-tengah kita. Di mana-mana telah terjadi kerusuhan dan keonaran. Musibah berupa banjir, longsor, gempa bumi, ataupun kebakaran terjadi bertubi-tubi membuat ketakutan semakin mencekam-melengkapi penderitaan yang mendera masyarakat.
Karena iman yang tipis pula, amanat berubah menjadi khianat. Mereka yang diberi kesempatan, bahkan kehormatan untuk mengelola bumi, ternyata telah melakukan pelanggaran keimanan dengan berlaku tidak jujur. Korupsi dan penyelewengan terjadi di sana-sini. Rakyat kecil yang tidak berdosa terkena imbasnya. Mereka harus menanggung akibat yang ditimbulkan dari krisis iman dan amanat tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, orang yang khianat dan curang itu akan kehilangan agama (HR Abu Dawud). Dan, sifat pengkhianat berarti merusak iman (HR Muslim). Karena itu, Rasul menganjurkan umatnya untuk senantiasa bersyukur dalam kondisi apa pun, karena hal itu merupakan bagian dari iman. Wallahu A'lam.