Senin 27 Feb 2017 11:00 WIB

Rumah Sehat LAZ Diapresiasi

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Peletakan batu pertama Rumah Sehat Baznas (RSB) Sulteng di Desa Siniu, Parimo, Sulteng, Jumat (24/2).
Foto: dok.Istimewa
Peletakan batu pertama Rumah Sehat Baznas (RSB) Sulteng di Desa Siniu, Parimo, Sulteng, Jumat (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Kuntjoro Adi Purjanto menilai, proses pelayanan yang dilakukan sebuah rumah sakit tentu membutuhkan biaya. Sebuah institusi pelayanan publik seperti rumah sakit diperbolehkan mendapatkan biaya operasional dari mana pun yang bersifat filantropi. ''Jadi kalau ada Lembaga Amil Zakat menggunakan dana zakat yang didapatkan untuk memberikan atau membangun sebuah institusi pelayanan publik, ya cukup bagus,'' katanya kepada Republika lewat sambungan telepon.

Semua pihak, baik itu perorangan, lembaga, pemerintah, ataupun dari kalangan masyarakat, dapat memberikan bantuan berupa sokongan dana kepada sebuah institusi pelayanan publik, termasuk rumah sakit. Namun, biaya tersebut haruslah halal dan didasari oleh niat yang baik.

Terkait standar yang diterapkan dalam sebuah rumah sakit, Kuntjoro menjelaskan, standar tersebut ditentukan saat pengurusan izin dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Selain itu, standar mutu pelayanan tersebut juga akan ditentukan saat melakukan akreditasi yang dilakukan oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit. Jika sudah lulus dari akreditasi tersebut, maka pelayanan dari rumah sakit itu dinilai sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Dalam penetapan standar itu tentu harus memenuhi berbagai indikator. Salah satunya masa tunggu pasien saat mendaftar hingga ditangani dokter dan masa tunggu operasi. ''Kemudian ada pula waktu menerima obat itu berapa lama. Sampai seperti itu ada semua indikatornya, dan itu berlaku di seluruh Indonesia, ukuran di Indonesia, dan hampir sama di semua tipe rumah sakit,'' ujar Kuntjoro.

Namun tidak tertutup kemungkinan, lanjut Kuntjoro, sebuah rumah sakit menumbuhkan indikator tertentu untuk bisa mengembangkan diri dan dikenal publik. Misalnya, sebuah rumah sakit dikenal dengan kelengkapan alat kesehatannya, kecepatan waktu pelayananan, atau keterampilan dari dokter-dokternya. Akhirnya, indikator tersebut menjadi dikenal sebagai kekhususan dari pelayanan rumah sakit tersebut, dibanding rumah sakit lain. Kendati begitu, tentunya, rumah sakit tersebut telah memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement