Sabtu 19 May 2012 20:55 WIB

Makna Spiritual Isra' Mikraj (2)

Ilustrasi
Foto: muslimvillage.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Di dalam syair-syair sufistik orang bijak (hukama) juga lebih banyak menekankan makna anagogis kata lailah. Para sufi lebih banyak menghabiskan waktu malamnya untuk mendaki (taraqqi) menuju Tuhan.

Mereka berterima kasih kepada lailah (malam) yang selalu menemani kesendirian mereka.

Perhatikan ungkapan Imam Syafi'i: Man thalabal ula syahiral layali (barangsiapa yang mendambakan martabat utama banyaklah berjaga di waktu malam), bukan sekadar berjaga. Kata al-layali di sini berarti keakraban dan kerinduan antara hamba dan Tuhannya.

Arti lailah dalam ayat pertama surah Al-Isra' di atas menunjukkan makna anagogis, yang lebih menekankan aspek kekuatan spiritual malam (the power of night).

Kekuatan emosional-spiritual malam hari yang dialami Rasulullah, dipicu oleh suasana sedih yang sangat mendalam, karena sang istri, Khadijah, dan sekaligus pelindungnya telah pergi untuk selama-lamanya.

Rasulullah memanfaatkan suasana duka di malam hari sebagai kekuatan untuk bermunajat kepada Allah SWT. Kesedihan dan kepasrahan yang begitu memuncak membawa Rasulullah menembus batas-batas spiritual tertentu, bahkan sampai pada jenjang puncak yang bernama Sidratil Muntaha.

Di sanalah Rasulullah di-install (diisi) dengan spirit luar biasa sehingga malaikat Jibril sebagai panglima para malaikat juga tidak sanggup menembus puncak batas spiritual tersebut. Inilah kehendak Allah untuk Nabi Muhammad SAW.

Kehebatan malam hari juga digambarkan Tuhan di dalam Alquran, "Dan pada sebahagian malam hari shalat Tahajudlah kalian sebagai suatu ibadah tambahan bagi kalian: mudah-mudahan Tuhan kalian mengangkat kalian ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra': 79).

Kata lailah dalam ketiga ayat di atas, mengisyaratkan malam sebagai rahasia untuk mencapai ketinggian dan martabat utama di sisi Allah SWT. Seolah-olah jarak spiritual antara hamba dengan Tuhan lebih pendek di malam hari. Ini mengingatkan kita bahwa hampir semua prestasi puncak spiritual terjadi di malam hari.

Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; "Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzariyat: 17).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement