Senin 02 Oct 2017 16:46 WIB

Tahukah Anda, Hijab Diturunkan Pertama Kali untuk Laki-Laki?

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Dr Zakir Naik tampil dihadapan ribuan jamaah pada acara Dr Zakir Naik Indonesia Visit 2017 bertajuk
Foto: Republika/Edi Yusuf
Dr Zakir Naik tampil dihadapan ribuan jamaah pada acara Dr Zakir Naik Indonesia Visit 2017 bertajuk "Da'wah Or Destructioin" di Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung, Ahad (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemerintah Austria baru saja mengeluarkan aturan bagi perempuan Muslim, dilarang menggunakan cadar karena ini sebagai simbol ketidakbebasan. Hingga akhirnya aktivis mewakili umat Muslim, melakukan demo dan memberikan pernyataan mereka pada Senin (2/10).

Normalnya--seringkali umat Islam membicarakan hijab di sebagian besar kesempatan--adalah hijab untuk perempuan. Padahal di dalam Alquran, Allah SWT justru pertama kali membicarakan hijab untuk laki-laki, barulah setelahnya untuk perempuan.

Dalam sebuah kesempatan di salah satu universitas Kuala Lumpur, Malaysia, Dr Zakir Naik, seorang pemuka agama Islam yang sudah mendunia, memaparkan perihal hijab untuk laki-laki dan perempuan. Di dalam Alquran Surat An Nur, disebutkan pertama kali kewajiban hijab laki-laki pada ayat 30, barulah hijab perempuan pada ayat 31.

Hijab itu sendiri artinya berpakaian tertutup. Tetapi bagi dunia barat pada era ini, hijab justru dianggap sebagai sebuah kekangan, khususnya bagi perempuan. Karena persyaratan hijab bagi perempuan lebih sulit, ketimbang persyaratan hijab laki-laki.

"Apa yang dibicarakan dunia barat tentang kebebasan bagi perempuan, hanyalah bentuk terselubung dari eksploitasi tubuh, perendahan jiwa, dan perenggutan kehormatan. Dunia barat mengklaim mengangkat derajat perempuan, tetapi sebenarnya merendahkan perempuan," ujar Dr Zakir Naik dalam kesempatan itu.

Pada dasarnya ada enam syarat berhijab. Tapi syarat utama yang berbeda adalah soal panjangnya, ini yang berbeda dari perempuan dan laki-laki, lima syarat lainnya sama. Syarat panjang hijab bagi laki-laki dari pusar perut sampai lutut, bagi perempuan seluruh tubuh dan yang boleh terlihat hanya wajah dan telapak tangan. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan harus menutup wajahnya juga.

Lima syarat lainnya berlaku untuk laki-laki dan perempuan. Pertama, baju tidak boleh ketat. Kedua, baju tidak boleh transparan. Ketiga, baju tidak boleh berlebihan atau glamour. Keempat, baju tidak boleh serupa lawan jenis. Kelima, baju tidak boleh seperti orang jahilliyah.

Jika melihat sejarah di masa lalu, pada masa Babilonia, perempuan tidak pernah dihormati. Pada masa itu, jika seorang laki-laki melakukan pembunuhan, jika dia membunuh perempuan, bukan dia yang dihukum tetapi istrinya yang dihukum mati.

Kemudian pada peradaban Romawi, mereka menganggap perempuan sebagai alat seks dan kesenangan. Peradaban Yunani, mereka mempercayai perempuan mitologi bernama Pandora, dan itulah alasan mereka merendahkan perempuan, karena mereka percaya perempuan adalah penyebab kejahatan dalam masyarakat. Dan dalam peradaban Yunani juga, perempuan adalah objek seks dan pemuas nafsu.

Di jazirah timur tengah, pada peradaban Mesir, mereka menganggap perempuan adalah tanda setan. Di peradaban Arab sebelum Alquran diwahyukan, mereka seringkali mengubur bayi perempuan hidup-hidup. Setelah Alquran turun, praktek-praktek itu berhenti.

"Islam adalah agama pertama yang mengangkat derajat perempuan. Dan Islam telah menunjukkan cara untuk menjaga kehormatan. Itulah mengapa hijab diwajibkan untuk mengangkat derajat perempuan dan menjaga kehormatan mereka," kata pemuka agama yang dikenal lewat ceramahnya di Youtube channel.

Jika tidak turun wahyu Allah SWT melalui Alquran, manusia akan kembali ke masa jahilliyah. Dan saat ini, dunia Barat bicara kebebasan, sampai ke status selir, wanita simpanan, dan pemuas hawa nafsu, yang digunakan untuk seks dan kesenangan. Di tangan para pencari kesenangan, perempuan direndahkan atas nama seni dan budaya.

"Dunia barat bicara tentang kebebasan perempuan, seni, dan budaya hanya untuk merendahkan perempuan. Dan kita melihat itu, mereka berteriak 'Persamaan! Perasamaan!' padahal mereka menjual ibu mereka, istri mereka, dan putri mereka," kata Dr Zakir Naik.

Dia mengatakan, jika menjual seperti itu dikatakan sebagai sebuah pembebasan, maka umat Islam sebagai seorang Muslim akan lebih bahagia dikekang. "Kita cinta ibu kita, istri kita, anak kita," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement