REPUBLIKA.CO.ID, Ketika para pembesar Quraisy menghentikan pelacakan terhadap Rasulullah SAW dan sahabatnya, Abu Bakar Shiddiq, yang telah berhasil hijrah ke Madinah.
Mereka kemudian membuat pengumuman ke segenap kabilah yang terpencar-pencar sepanjang jalan antara Makkah dan Madinah.
“Siapa yang berhasil membawa Muhammad hidup atau mati ke hadapan para pembesar Quraisy, akan diberi hadiah seratus ekor unta betina yang bagus,” demikian bunyi pengumuman itu.
Suraqah bin Malik Al-Madlaji mendengar pengumuman itu dibacakan. Ketika itu sedang berada di balai desa kampung halamannya, Qudaid, di pinggiran Kota Makkah.
Tiba-tiba seorang utusan Quraisy datang menyiarkan pengumuman berhadiah besar yang disediakan oleh kaum Quraisy, yaitu seratus ekor unta betina muda yang hampir beranak, bagi siapa yang berhasil membawa Muhammad hidup atau mati ke hadapan para pembesar Quraisy.
Setelah mendengar hadiah seratus ekor unta betina pilihan, maka timbullah sikap tamak Suraqah. Dia bertekad hendak merebut hadiah besar itu. Karena tamak, niatnya itu tidak diungkapkannya kepada siapa pun. Tetapi dipendamnya sendiri dalam hati, supaya ia tidak didahului orang lain.
Kebetulan, sebelum Suraqah berangkat hendak melacak Nabi Muhammad SAW, seorang laki-laki datang ke balai desa. Dia mengabarkan bahwa belum lama berselang dia bertemu dengan tiga orang di tengah jalan. Keras dugaannya ketiga-tiganya ialah Muhammad, Abu Bakar dan seorang penunjuk jalan.
“Tidak mungkin!” kata Suraqah membantah. “Mereka adalah Bani Fulan yang tadi lewat di sini mencari unta mereka yang hilang.”
“Mungkin begitu!” kata yang lain mengiyakan pendapat Suraqah.
Kemudian Suraqah diam. Siasatnya tidak menimbulkan perhatian orang-orang yang berada di balai desa. Ketika orang beralih membicarakan masalah lain, dengan perlahan-lahan dia menyelinap keluar dari kumpulan mereka. Lalu dia segera pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah diperintahkannya pelayan menyiapkan kuda. Kemudian disuruhnya membawa kuda itu ke lembah dengan sembunyi-sembunyi dan menambatkannya di sana. “Hati-hati agar tidak kelihatan oleh orang lain. Siapkan juga senjataku, dan kamu keluar dari pintu belakang,” kata Suraqah memerintah pelayannya. Suraqah menyusul kemudian.
Sesampainya di lembah, Suraqah mengenakan baju besi, menyandang pedang, dan memasang pelana. Kemudian dia berpacu sekencang-kencangnya, menyusul Nabi Muhammad SAW untuk mendapatkan hadiah besar yang disediakan kaum Quraisy.