REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) menerjunkan 67 dai dan daiyah Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir ke pelosok Indonesia selama Ramadhan 1439 H. DDII mengimbau setiap dai dan daiyah memiliki 100 jamaah binaan di tempat tugasnya masing-masing.
"Permintaan umat (terhadap dai) ini sangat luar biasa, jika hanya ditangani oleh STID tentu belum dapat mencukupi kebutuhan, maka kami membutuhkan dukungan dari berbagai elemen," kata Sekretaris Umum DDII, Ustaz Avid Sholihin melalui keterangan tertulis kepada Republika, Jumat (4/5).
Ustaz Avid berharap, dukungan dari para muzakki terutama lembaga zakat terus digulirkan guna mensukseskan kerja-kerja dakwah. DDII sangat berterima kasih atas dukungan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Salah satu program kerjasama DDII dan Baznas adalah program Kaderisasi Seribu Ulama (KSU).
"Kami berharap program ini tetap berkelanjutan untuk mencetak generasi-generasi dai ilaallah," ujarnya.
Ketua STID Mohammad Natsir, Dwi Budiman mengatakan, mengirimdai dan daiyah ke berbagai pelosok merupakan programkafilah dakwah. Yakni salah satu program STID Jakarta sejak tahun 2004 dalam rangka berdakwah dan membina masyarakat pedalaman. Mereka membina masyarakat selama dua bulan atau lebih pada saat Ramadhan.
Ia menceritakan, saat itu tahun 2004 program kaflah dakwah bernama duta dakwah dan baru diikuti sembilan orang dari setiap angkatan. Sebelum diberangkatkan, para peserta diberikan materi pelatihan meliputi orientasi dan pemetaan dakwah, komunikasi massa, penyusunan progress and reporting serta pelatihan life skill praktis.
"Keseriusan dan komitmen dalam dakwah merupakan kunci keberhasilan, para peserta kafilah dakwah tahun ini dikirim ke lima provinsi di antaranya Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Riau, Sumatera Utara dan Jawa Tengah," ujarnya.
Direktur Pendistribusian, Pendayagunaan, Renbang dan Diklat Zakat Nasional dari Baznas, Mohammad Nasir Tajang berpesan kepada 67 dai dan daiyah agar dapat mewujudkan ekonomi kerakyatan di tempat tugasnya masing-masing. Sebab Indonesia masih jauh dari kesejahteraan yang layak. Karenanya dai juga dituntut untuk dapat mewujudkan pemberdayaan ekonomi.
Ia menyampaikan, tantangan dakwah saat ini adalah kerja keras dan keikhlasan. Jika hal tersebut dapat dikerjakan, maka Allah yang akan menggerakkan hati masyarakat untuk menerima seruan para dai. Nasir juga mengatakan, para dai dan daiyah setelah lulus dapat melanjutkan jenjang pendidikan S2 dan S3 melalui program KSU yang diselenggarakan Baznas dan DDII.
"Tentu (dai dan daiyah) menjadi aset dan jaringan kami ke depan, jika kebutuhan umat menuntut mereka sekolah lagi ini menjadi hal strategis untuk dilakukan Baznas, kita upayakan tahun 2019 program KSU dapat berjalan kembali," ujarnya.