Jumat 20 Apr 2018 14:56 WIB

Catatan Sejarah Kongres Umat Islam Indonesia

Kongres Umat Islam Indonesia diharapkan menjadi wahana efektif himpun kekuatan umat.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar pertemuan pra kongres umat Islam Indonesia.
Foto: Dok. Ustaz Yusuf Mansur (Instagram)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar pertemuan pra kongres umat Islam Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap lima tahun sekali para ulama, cendekiawan, tokoh ormas Islam, dan pemimpin pondok pesantren di Indonesia menggelar sebuah rapat akbar. Pertemuan puncak masyarakat Muslim  Indonesia itu dikenal dengan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII).

Pertemuan itu kembali dihidupkan pada 1998, ketika Reformasi bergulir. Pertemuan masyarakat Muslim pada 1998 merupakan KUII ke-3. Dua pertemuan sebelumnya sempat  diselenggarakan  sebanyak dua kali pada saat Indonesia belum merdeka dengan nama Majelis Islam A'la Indonesia.

Sejak 1998, disepakati KUII digelar setiap lima tahun sekali. Pada 2005 lalu, KUII IV mengusung tema, ''Peneguhan Ukhuwwah Islamiyah untuk Indonesia yang Bermartabat.'' Ukhuwwah Islamiyah dalam konteks kemajemukan adalah syarat mutlak untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dan bermakna guna mewujudkan kesejahteraan bangsa.

Pekan lalu, pada 7-10 Mei 2010 telah digelar KUII V di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta dan mengangkat tema ''Kepemimpinan Umat untuk Kesejahteraan Bangsa''. Pertemuan yang dihari sekitar 800 tokoh ormas Islam, ulama, cendekiawan dan pemimpin pesantren itu dibuka oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

KUII V  fokusk membahas masalah ekonomi. Kongres membahas pola kepemimpinan yang mampu mendorong pengembangan ekonomi bagi umat.  KUII V ini telah membahas dan merumuskan materi-materi sebagai berikut; pertama, masalah kepemimpinan umat Islam dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia, yang meliputi, paradigma, visi, dan karakter kepemimpinan Islam.

Selain itu, juga dibahas penguatan kelembagaan umat serta penguatan jaringan komunikasi kelembagaan. Kedua,  masalah ekonomi umat Islam, yang meliputi: paradigma dan nilai ekonomi Islam; penguatan dan pengembangan kelembagaan ekonomi umat; dan model pemberdayaan ekonomi umat.  Ketiga,  rekomendasi tentang masalah kepemimpinan dan ekonomi umat dan bangsa.

Kongres Umat Islam Indonesia diharapkan menjadi wahana efektif untuk menghimpun kekuatan umat yang terserak, mendiskusikan gagasan dan pemikiran dari berbagai elemen umat Islam guna merumuskan langkah strategis bagi revitalisasi peran Umat Islam. Kongres Umat Islam akan dapat mendorong terjadinya kesepahaman serta membuat rancang bangun perumusan strategis kebudayaan umat Islam Indonesia yang bermartabat dan saling menguatkan.

Pertemuan itu didahului dengan  kegiatan pra-Kongres berupa,  halakah, seminar, dan diskusi tentang tema-tema kepemimpinan, ekonomi, masalah hukum dan dakwah. Kedua, silaturrahmi media massa tentang kegiatan Kongres Umat Islam Indonesia V. Ketiga, presentasi kisah sukses dalam ekonomi. Keempat, pameran dan bazar.

KUII V ditutup pada Ahad (9/5) oleh Wakil Presiden Boediono. Pemerintah menyambut rekomendasi dan keputusan yang telah dibuat para ulama, cendekiawan, tokoh ormas dan pemimpin pondok pesantren dalam forum itu. Pemerintah berjanji untuk mengkaji dan menindaklanjutinya dengan memasukan rekomendasi dan keputusan KUII V itu dalam program pembangunan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement