REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama internasional asal Texas, Amerika Serikat, Syekh Yusuf Estes mengatakan, agama Islam, dalam praktiknya, tidak bisa menjadi radikal. Dia menilai sebutan 'Islam radikal' yang kini banyak dijumpai di berbagai media merupakan rangkaian kata tidak masuk akal.
Hal itu, menurut Yusuf Estes ,karena kedua kata tersebut sangat berlawanan dalam makna harafiahnya. "Islam berbicara tentang pengorbanan, ketulusan, perdamaian, pengabdian dan keikhlasan sehingga tidak mungkin seseorang dapat menjadi radikal dalam keikhlasannya atau bahkan radikal dalam usahanya menciptakan perdamaian," kata Yusuf pada acara konferensi pers di Jakarta, Ahad (18/3) petang.
Syekh Yusuf Estes akan berada di Indonesia pada 17-21 Maret 2018 guna melaksanakan safari dakwah di beberapa kota di Tanah Air, yakni Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), dan Balikpapan (Kalimantan Timur). Pada lokasi tertentu dakwah Yusuf Estes terbuka untuk umum, termasuk untuk umat non-Muslim.
Dia juga mengajak masyarakat Indonesia dari segala latar belakang agama untuk berdialog secara terbuka guna mendapatkan kebenaran yang hakiki. "Saat ini Islam merupakan agama yang paling tinggi pertumbuhannya. Namun, di sisi lain, ada dari kalangan Muslim dan pemeluk agama lainnya yang menjadi ateis dan mereka berada dalam kegelapan," ujar Syekh Yusuf.
Syekh Yusuf Estes lahir dan besar dari keluarga penganut agama Kristen yang sangat taat. Sebelum menjadi seorang dai, dia merupakan seorang penginjil. Pada 1994-2000, Yusuf Estes menjadi anggota delegasi untuk Konferensi Perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Pemimpin Agama dan Ulama Pemerintah AS.
Kegiatan safari dakwah Syekh Yusuf Estes di Indonesia difasilitasi oleh Sahabat Dakwah Internasional (SDI) yang sebelumnya sukses menghadirkan ulama internasional, Zakir Naik dan Mufti Kerajaan Perlis Malaysia Mohd Asri Zainul Arifin (Dr Maza), untuk melakukan dakwah di beberapa kota di Tanah Air.