Kamis 22 Feb 2018 04:48 WIB

Cara Allah Menunjukkan Kebesaran-Nya

Adanya kisah para Nabi merupakan contohnya.

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Berbeda dengan nasib makanannya, tubuh keledai lelaki itu sudah menjadi tulang belulang. Di tengah terik itu, sebuah negeri sedang dilanda bencana. Tembok-tembok nya roboh hingga atapnya tertutup.

Negeri itu telah dihancurkan. Beberapa riwayat mengatakan, dalangnya adalah Bukhtanasar. Seorang raja dari Babilonia yang memiliki kekuasaan amat luas. Raja itu penyembah berhala.

Salah satu tempat yang dihancurkan pasukan sang raja, yakni Baitul Maqdis. Palestina sekarang. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan jika seorang pria melalui negeri yang hancur itu. Di negeri yang poranda itu, hanya ada mayat. Saat melintas, pria itu pun berkata, "… Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?… "

Allah SWT pun mematikan orang itu selama 100 tahun. Tuhan kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Dia menjawab, "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari."

Allah berfirman, "Sebenarnya kamu tinggal di sini selama 100 tahun lamanya. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah, dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia."

Peristiwa di atas terekam dalam QS al- Baqarah ayat 259. Dalam surah tersebut, tidak disebutkan siapa lelaki yang melintasi negeri itu. Namun, Imam Ibnu Katsir menjelaskan, banyak versi yang mengungkapkan jika dia adalah Uzair AS. Versi lainnya mengatakan, dia adalah Khidir AS.

Lelaki dari kalangan Bani Israil itu membawa buah anggur, buah tin, dan minuman. Dia melihat makanannya masih utuh seperti semula. Tiada sesuatu pun yang berubah. Minuman jusnya tidak berubah, buah tinnya tidak masam dan tidak busuk, serta buah anggurnya tidak berkurang barang sedikit pun.

Berbeda dengan nasib makanannya, tubuh keledai lelaki itu sudah menjadi tulang belulang. As-Saddi mengatakan, tulang belulang keledainya telah bercerai-berai di sebelah kanan dan kirinya. Lelaki itu pun memandang ke tulang belulang itu yang berkilauan karena putihnya. Allah pun mengirimkan angin, lalu angin itu menghimpun kembali tulang belulang itu ke tempat semula.

Masing-masing tulang tersusun pada tempatnya masing-masing hingga jadilah seekor keledai yang berdiri berbentuk rang ka tulang tanpa daging. Selanjutnya Allah memakaikan kepadanya daging, otot, urat, dan kulit. Allah mengirim malaikat yang ditugaskan untuk meniupkan ruh ke dalam tubuh keledai itu melalui kedua lubang hidungnya.

Dengan serta-merta ke ledai itu meringkik dan hidup kembali de ngan seizin Allah SWT. Semuanya itu ter jadi di hadapan pandangan mata lelaki tersebut. Setelah ia menyaksikan peristiwa itu, dia pun mendapat penjelasan.

"..Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali. Kemudian, Kami membalutnya dengan da ging,' Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang te lah mati) dia pun berkata: 'Saya yakin bah wa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.' (QS al Baqarah: 259).

Ada banyak cara Allah SWT menun juk kan kebesaran-Nya kepada para hamba. Kisah-kisah Nabi terdahulu menunjukkan bagaimana mereka diberikan mukjizat sebagai bukti kebenaran firman Allah SWT. Termasuk kisah lelaki di atas.

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir al Mishbah menjelaskan, Allah menidurkan dia seperti apa yang dialami oleh Ashhabul Kahfi. Dia tak sadar bahwa malam dan siang telah datang silih berganti selama 100 tahun. Peristiwa ini dilakukan Allah agar Uzair atau siapa pun lelaki dalam ayat itu menjadi bukti kekuasaan Allah bagi manusia. Terutama bagi orang-orang yang hidup setelahnya. Mereka yang memba ngun negeri itu kembali.

Hanya saja—dalam versi riwayat ten tang Uzair—banyak penduduk negeri yang justru memistifikasi lelaki itu. Terutama ke tika Uzair kemudian merenungi isi Tau rat yang telah diingatnya dan orang-orang Bani Israil memperhatikannya. Allah ke mu dian mengilhamkan padanya isi Taurat dan ia menyampaikan isinya kepada Bani Israil. Sejak saat itulah, oleh Bani Israil (Yahudi), Uzair dipanggil dengan putra Tuhan.

Apa yang diperbuat kaum Bani Israil dijawab Allah dalam Alquran dalam surah at-Taubah ayat 9-10. Dr Wahbah az-Zu haili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan, kaum Yahudi berkata: Uzair adalah anak Allah, kaum Nasrani berkata, 'Al Masih adalah anak Allah dan kaum musyrikin berkata, para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. Tak ada bedanya antara munculnya perkataan ini dari mereka atau sebagian saja.

Az Zuhaili mengungkapkan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka klaim! Allah tidak membutuhkan bantuan. Segala se suatu yang ada di bumi adalah milik-Nya. Se mua tunduk kepada kekuasaan dan ke hendak-Nya. Dialah yang menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement