Selasa 16 Jan 2018 15:31 WIB

Anak Korban Produksi Video Porno Dipesantrenkan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA),  Yohana Yembise, memberikan keterangan usai berkoordinasi dengan Kapolda Jabar terkait kasus kasus video porno dengan perempuan dewasa di Mapolda Jabar (Ilustrasi)
Foto: Republika/Djoko Suceno
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), Yohana Yembise, memberikan keterangan usai berkoordinasi dengan Kapolda Jabar terkait kasus kasus video porno dengan perempuan dewasa di Mapolda Jabar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tiga anak yang menjadi korban produksi video prono di mana anak-anak tersebut berperan dengan perempuan dewasa, akan dipesantrenkan usai rehabilitasi di P2TP2A. Saat ini, kondisi ketiga anak itu dalam keadan baik.

Demikian dikatakan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Bandung Dedi Supandi. "Setelah penyembuhan trauma selesai, kita kembalikan ke keluarga, tapi karena kondisinya tidak ramah anak sepertinya kita tidak dulu kembalikan ke keluarga, anak-anak ini akan dibawa ke pesantren," kata Dedi di Bandung, Selasa (16/1).

Menurut Dedi, anak-anak itu belum bisa dikembalikan ke rumahnya karena sebagian dari pelaku adalah keluarga, sehingga tidak mungkin anak-anak tersebut dikembalikan ke keluarga mereka. Dinas DP3APM Kota Bandung juga telah meminta izin kepada keluarga korban, agar mereka dibawa ke pesantren.

"Kami sudah menyampaikan hal itu kepada neneknya, dia berharap anak-anak tersebut tetap megenyam pendidikan," kata Dedi.

Dedi mengatakan, pihak pesantren pun telah setuju dan bahkan pengelolanya telah datang ke keluarga korban. Namun, Dedi menolak untuk memberitahukan nama pesanten tempat anak-anak tersebut mengenyam pendidikan.

"Masih di Bandung juga, tetapi saya tidak bisa memberi tahu nama pesantren tersebut, karena ini adalah masalah perlindungan anak," kata dia.

Ketua P2TP2A Provinsi Jawa Barat Netty Prasetiani Heryawan mengatakan, keadaan anak-anak tersebut yang saat ini berada di penampuang P2TP2A semakin membaik. "Mereka sudah mengerti konsep kebersihan diri, mereka mulai memiliki manajemen waktu, kapan mereka harus bangun, kapan mereka harus merapikan tempat tidur dan sebagainya sesuatu yang di rumah mereka sendiri tidak pernah dibiasakan," kata dia.

Dia mengatakan, selama ini anak-anak tersebut tidak pernah mendapatkan penanaman nilai budi perketi dari keluarganya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement