Ahad 03 Dec 2017 07:01 WIB

Puasa dapat Mengasah Aneka Kecerdesan

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Selain puasa wajib juga dikenal ada puasa sunah, seperti puasa Senin dan Kamis, puasa Nabi Dawud, dan lain-lain.
Foto: Antara/Eric Ireng
Selain puasa wajib juga dikenal ada puasa sunah, seperti puasa Senin dan Kamis, puasa Nabi Dawud, dan lain-lain.

REPUBLIKA.CO.ID, Puasa adalah ibadah yang bermula dengan tidak makan, tidak minum, dan tidak bercampur dengan pasangan sejak terbit hingga terbenamnya matahari. Puasa dapat mengasah aneka kecerdesan dan seharusnya berakhir dengan terpantulnya sifat-sifat positif atau mengarah pada kebaikan.

Dikutip dari buku yang berjudul ‘Membumikan Alquran’ karya M. Quraish Shihab puasa dapat mengasah kecerdasan spiritual melahirkan kepekaan yang mendalam. Fungsinya mencakup hal-hal yang bersifat supranatural dan religius. Kecerdasan tersebut menegaskan wujud Tuhan, melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup. Selain itu memperhalus budi pekerti, dan juga melahirkan mata ketiga atau indra keenam bagi manusia.

Puasa juga dapat mengasah kecerdasan emosional. Dengan kecerdasan emosional manusia mampu mengendalikan nafsu. Emosi dan nafsu yang terkendali sangat kita butuhkan sebab ia merupakan salah satu faktor yang mendorong terlaksananya tugas kekhalifahan di bumi, yakni membangun dunia sesuai dengan kehendak dan tuntunan Ilahi.

Hawa nafsu bagaikan eksim (kelainan pada kulit), semakin digaruk semakin nyaman, tetapi kesudahannya adalah luka terinfeksi sehingga mengancam jiwa raga si penderita. Dengan kecerdasan itu, manusia akan mampu mengarahkan emosi atau nafsu ke arah positif sekaligus mengendalikannya. Sehingga tidak terjerumus dalam hal negatif.

Kecerdasan yang ketiga adalah kecerdasan intelektual.  Tetapi jika kecerdasan ini tidak dibarengi dengan kedua kecerdasan di atas, maka manusia akan terjerumus ke dalam jurang kebinasaan. Ia akan menjadi kepompong yang membakar dirinya sendiri karena ‘kepintarannya’. Perlu diingat bahwa kebodohan bukanlah sekadar lawan dari banyaknya pengetahuan karena bisa saja seseorang memiliki informasi yang banyak, tetapi apa yang diketahuinya tidak bermanfaat baginya.

Karena itu , patut disimak pesan Nabi Luqman AS kepada anaknya, “Anakku! Tidak ada baiknya mempelajari apa yang belum engkau ketahui, selama engkau belum memanfaatkan apa yang telah engkau ketahui, ini seperti pengumpul kayu yang tak mampu memikulnya, tetapi dia menambah lagi kayu yang lain untuk dipikulnya.”

Bila aneka kecerdasan di atas terhimpun pada diri seseorang maka dia secara sadar akan bersikap diam meyangkut apa yang tidak perlu atau tidak bermanfaat baginya. Wallahualam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement