Ahad 26 Nov 2017 10:38 WIB

Bersih-bersih Sembilan Piring Wali Songo di Tahun Dal

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Sultan Sepuh ke XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat (kanan)
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Keraton Kasepuhan Cirebon

Sementara itu, prosesi Siraman Panjang kemudian dilanjutkan dengan tradisi buka bekasem ikan. Pembuatan ikan tersebut telah dilakukan sejak sebulan sebelumnya.

 

Menurut Permaisuri Kasultanan Kasepuhan, Raden Ayu Syarifah Isye Natadiningrat, resep pembuatan ikan bekasem sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati. Hingga kini, sajian dan resep tersebut masih terus dipertahankan oleh keluarga Kasultanan Kasepuhan.

 

Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun, tutur istri dari Sultan Sepuh XIV, PRA Arif Natadingrat tersebut.

 

Ikan bekasem terbuat dari bahan utama berupa ikan kakap dan tengiri yang dipotong-potong dan dicuci bersih. Setelah itu, ikan direndam dengan menggunakan beraneka rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, merica, ketumbar, kemiri, dan gula merah.

 

Selain itu, bahan rendaman lainnya adalah asem jawa atau asem kawak. Asem itulah yang membuat warna ikan menjadi kemerahan dan bisa awet dalam waktu yang lama. Karenanya, tak dibutuhkan pengawet kimia.

 

Selanjutnya, ikan bekasem direndam dalam gentong selama satu bulan. Gentong itupun istimewa karena peninggalan Putri Ong Tin Nio. Putri Ong Tin Nio merupakan putri kaisar China, yang menjadi istri Sunan Gunung Jati.

Untuk memperoleh hasil yang sempurna, gentong tersebut ditutup rapat selama proses perendaman ikan berlangsung,. Selain ditutup dengan penutup gentong, bagian atas gentong pun ditutup dengan kertas semen yang diikat kuat dengan tali. Bagian atas kertas semen pun ditempeli abu dari bakaran kayu.

 

Abu ini berfungsi untuk menutup lubang agar tidak ada sedikitpun udara yang masuk ke dalam gentong, ujar Isye.

 

Setelah genap satu bulan, atau tepatnya pada 5 Rabiulawal (25 November 2017), gentong tersebut dibuka. Ikan-ikan yang ada di dalam gentong kemudian dibersihkan dengan menggunakan air bersih. Proses pembersihan itu harus dilakukan oleh ibu-ibu kaum Mesjid Agung yang dipimpin langsung sang permaisuri.

 

Setelah dicuci bersih, ikan bekasem ditiriskan di atas tampah yang sudah diberi tangkai padi. Seekitar tiga hari kemudian, ikan tersebut baru dimasak dan dijadikan lauk pauk nasi jimat yang dihidangkan pada malam puncak peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement