Senin 20 Nov 2017 13:45 WIB

Masjid Sultan Hasan Kairo Simbol Kemegahan Peradaban Islam

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Masjid Sultan Hasan di Kairo, Mesir adalah salah satu warisan Dinasti Mamluk di bidang arsitektur.
Foto: Journeyaroundtheglobe.com
Masjid Sultan Hasan di Kairo, Mesir adalah salah satu warisan Dinasti Mamluk di bidang arsitektur.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Masjid Sultan Hasan merupakan simbol megahnya peradaban Islam pada Abad Pertengahan. Masjid ini menempati posisi yang sangat strategis. Ia bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga pusat transmisi keilmuan dan keadaban publik.

Lokasinya berada tak jauh dari Benteng Shalahudin yang masih berdiri kokoh hingga saat ini di kawasan Kairo Lama, Mesir. Dari kejauhan, dua bangunan megah ini mengisyaratkan kepada generasi sekarang tentang sejarah kegemilangan, perjuangan, identitas, dan kebanggaan.

Menurut Titus Burckhardt dalam bukunya, Art of Islam Language and Meaning (2009), Masjid Sultan Hasan didirikan pada 1361 Masehi. Adapun sumber lainnya dari laman pariwisata Mesir, touregypt.net, menyebutkan pembangunan kompleks masjid tersebut dimulai pada 1356 Masehi.

Di bawah pengawasan Pangeran Muhammad bin Baylik al-Muhsani, konstruksi menghabiskan biaya hingga 20 ribu dirham per hari selama lima tahun. Secara keseluruhan, Kompleks Masjid Sultan Hasan mencakup 150 x 68 meter persegi. Bangunannya rata-rata setinggi 36 meter. Menara tertinggi mencapai 68 meter. Total ada empat menara di tiap ujung kompleks.

Bila dilihat dari atas, denah kompleks masjid ini bukanlah persegi panjang sempurna, melainkan agak condong ke arah kiblat. Untuk menyelesaikan kompleks masjid ini, Sultan Hasan mengundang ahli bangunan dari penjuru dunia. Menurut Burckhardt, arsitektur Masjid Sultan Hasan didominasi pengaruh corak bangunan benteng khas Asia Tengah.

Para sultan Mamluk memang menyukai pelbagai aspek arsitektur dari Asia Tengah. Hal itu agaknya tidak mengherankan. Sebab, silsilah Kesultanan Mamluk dapat dirunut hingga Genghis Khan, penakluk dunia asal Mongol.

Secara keseluruhan, bangunan Masjid Sultan Hasan berwarna kecokelatan. Salah satu ciri arsitekturnya adalah ceruk dengan stalaktit pada dinding masjid. Bentuknya lengkung, melebar di bawah namun kian mengerucut di pucuknya.

Burckhardt mengomentarinya bahwa seakan-akan interior bangunan masjid terbuat dari kristal. Gerbang pintu masuknya mengingatkan pengunjung pada gaya khas Kesultanan Seljuk. Demikian pula dengan ukiran-ukiran yang ditampilkan.

Motif dan kaligrafi di Masjid Sultan Hasan, menurut Burckhardt, tak jauh berbeda dengan yang kerap ditemui dalam ornamen-ornamen bangunan kebanggaan pada masa Kesultanan Timurid dan Kesultanan Safavid.

Lorong-lorong diterangi puluhan lampu gantung dengan cahaya temaram. Di luar waktu shalat, para pelajar memanfaatkan ruangan untuk berdiskusi atau mendaras Alquran. Khususnya, di sisi tenggara dalam kompleks masjid itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement