Rabu 04 Oct 2017 18:01 WIB
Belajar Kitab

Ketika al-Ghazali Alami Kegelisahan Batin

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Iman yang ada di dalam hati Imam al-Ghazali berusaha mengingatkan, Pergi lah, usiamu tak lama lagi. Perjalanan menuju Ilahi masih sangat jauh.

Sementara ilmu dan amal yang ada hanya berupa kesombongan dan prasangka. Jika engkau tidak segera fokus ke akhirat maka tak ada waktu lagi.

Kemudian hawa nafsu tak mau kalah. Kekuatan ini menyerukan bahwa meninggalkan dunia ha nyalah sementara. Jangan sampai mela kukan hal itu lagi. Jika kau tinggalkan jabatan yang mulia ini beserta derajat yang telah mapan, ada lah capaian yang tidak mu dah, kata hawa nafsu dalam hati alGhazali yang penuh kege lisah an.

Selama enam bulan al-Ghazali mengalami kegelisahan batin seperti itu, terombang-ambing da lam pilihan, apakah akan mening galkan kehidupan yang sudah didapatnya dengan susah payah atau melanjutkan apa yang sudah ada.

Al-Ghazali berusaha untuk tetap mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya.

Entah kenapa, tiba-tiba mulut dia tak bisa berkata apa-apa. Badannya menjadi lemah, sehingga tak bisa mengajar. Dokter pun tak bisa memulihkan keadaan tersebut.

Hadza amrun nazala bil qalbi(ini permasalahan hati). Ini tak bisa pulih, kecuali hati sudah terbebas dari belenggu kegelisahan yang ada di dalamnya, kata dokter yang hendak mengobati Abu Hamid.

Pada titik itu, sang imam kembali mengingat Allah sebagai orang yang terpaksa dan tak berdaya. Sang Pencipta mengabulkan apa yang diminta hamba yang terdesak dan mau berdoa. Sejak itu, Allah memudahkan al-Ghazali untuk menempuh riyadhah bathini yah(olah batin) yang memalingkannya dari kekayaan, jabatan, keluarga, dan kerabat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement