Sabtu 16 Sep 2017 23:17 WIB

Sisa Kontak Sejarah Islam-Aborigin yang Membekas

Rep: c32/ Red: Agung Sasongko
Detil lukisan Aborigin 'Travelling Dreaming' karya Mick Namarari Tjapaltjarri, ditemukan setelah 35 tahun hilang.
Foto: ABC
Detil lukisan Aborigin 'Travelling Dreaming' karya Mick Namarari Tjapaltjarri, ditemukan setelah 35 tahun hilang.

REPUBLIKA.CO,ID, JAKARTA -- Seiring perubahan iklim politik dan kebijakan kulit putih, identitas suku asli Australia kian tergerus zaman. Islam pun terdengar asing bagi masyarakat Australia modern. Namun, sisa-sisa kontak sejarah tetap membekas.

Peta Stephenson, sosiolog dari Universitas Victoria, mengatakan, kompabilitas keyakinan antara Aborigin dan Islam tidak jarang ditemukan. Misalnya, praktik sunat laki-laki, sikap budaya menghormati yang lebih tua, dan ajaran bersikap selaras dengan alam.

"Banyak orang Aborigin yang saya ajak bicara perihal kesamaan budaya ini mengutip ajaran Alquran yang mengatakan 124 ribu nabi telah dikirim ke bumi. Mereka berpendapat, beberapa nabi telah mengunjungi Aborigin dan menyampaikan risalahnya," kata Stephenson.

Justin Agale, Muslim keturunan campuran Aborigin-Torres Strait Islander, misalnya, juga melihat Islam sebagai 'kelanjutan' dari budaya Aborigin-nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement