Senin 13 Feb 2017 17:12 WIB

MUI: Perayaan Hari Valentine Merusak Moral Generasi Muda

Red: Ilham
Aksi menolak perayaan valentine (Ilustrasi).
Aksi menolak perayaan valentine (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Sumatera Barat, Duski Samad mengimbau masyarakat setempat untuk tidak merayakan hari valentine atau hari kasih sayang pada 14 Februari. Perayaan itu dinilai dapat memicu kegaduhan moral.

"Fenomena global ini merupakan akar budaya kebebasan dan dinilai mampu merusak moral atau etika masyarakat, terutama generasi muda," katanya di Padang, Senin (13/2).

Ia menerangkan, tidak ada yang salah terkait kasih sayang. Namun mengatasnamakan hari valentine untuk melakukan tindakan tidak bermoral, maksiat, dan zina menjadi pokok permasalahan di tengah masyarakat.

Jika dilakukan pembiaran terkait perayaan valentine, ditakutkan malah menciptakan tuna moral yang seolah memberi kesempatan adanya hubungan lawan jenis yang tidak beretika. "Hari valentine sering kali dimaknai tanpa batasan-batasan norma sehingga mengganggu ketertiban sosial dan budaya," ujarnya.

Apalagi, katanya, perayaan valentine di tengah masyarakat timur, termasuk Kota Padang sangat tidak cocok dari segi budaya serta agama. Bahkan, hal itu merupakan perang budaya yang harus dipahami bersama, sebab impor budaya Barat harus selalu diwaspadai.

Terkait saling berbagi coklat, bunga atau hadiah lainnya di hari valentine, ia menilai tidak ada yang salah dalam pemberian hadiah antarsesama. Namun, perlu dipahami kasih sayang bukan hari itu saja dan tiap indivindu harus bisa menjaga moral.

Ia mengatakan, dalam Islam, berbagi antarsesama merupakan sebuah tradisi kehidupan dan dilakukan kapan saja, tidak berpatokan pada satu hari saja. "Intinya, jangan sampai hari itu dijadikan puncak hancurnya moral," ujarnya.

Ketua DPRD Kota Padang, Erisman juga mengimbau masyarakat setempat, terutama generasi muda agar tidak terjebak dalam perayaan hari valentine yang memang tidak perlu dan tidak diperkenankan dalam Islam. "Kecenderungan generasi muda menganggap hari itu hanya sebagai pendorong atau pembuka pintu maksiat saja," ujarnya.

Ia meminta generasi muda harus lebih bijak dan cerdas serta memahami sejarah dari hari valentine itu sendiri, apalagi hidup di tengah budaya Minangkabau sangat diikat oleh adat dan agama. "Jangan sampai moral masyarakat dirusak dengan perayaan semacam itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement