Rabu 08 Feb 2017 17:45 WIB
Belajar Kitab

Jiwa, Antara Hidup dan Mati

Kematian (ilustrasi)
Foto: Dailymail.co.uk
Kematian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Setiap jiwa telah ditetapkan ajalnya, tidak bisa dimajukan atau dimundurkan walau hanya satu detik (QS al-‘Araf: 34). Begitu pula dengan jiwa manusia, Allah telah menetapkan ajal dan rezekinya. Penetapan waktu ajal bagi seorang manusia tak seharusnya menjadikannya pengecut dan penakut.

Sebaliknya, harus menjadikannya terus berjuang serta berjihad sekuat tenaga dalam menjalani hidup tanpa kenal rasa takut. Tidak ada satu manusia pun yang mengetahui di mana atau di negeri mana jiwanya akan pergi lalu ia menemui kematian.

Hanya Allah saja Zat yang mengetahuinya (QS Lukman: 34). Dengan ditetapkannya ajal bagi setiap yang berjiwa, hal ini menandakan bahwa tidak ada satu jiwa pun yang akan kekal dan abadi di atas bumi ini (QS al-Ankabut: 57).

Dalam penciptaan jiwa sesungguhnya terdapat tandatanda kebesaran Tuhan Yang Mahaesa. Sebab, manusia apa pun kedudukan dan jabatannya tidak bisa menolak kebaikan atau keburukan yang datang kepadanya. Begitu pula halnya dengan kematian, tidak ada seorang pun yang bisa lari dan bersembunyi dari ajal yang akan menjemputnya.

Kehidupan bagi seorang manusia adalah sesuatu yang paling mahal, karena hidup merupakan anugerah dari Allah SWT yang sengaja diberikan kepadanya. Tujuannya, agar manusia—sebagai khalifah— menjalankan wahyu-Nya di dunia ini dengan keimanan dan praktik nyata, kemudian memerintahkannya agar hanya menyembah Allah SWT, Tuhan pemilik langit dan bumi serta semua yang ada di alam ini. Dan bukan menjadikan tuhan-tuhan lain di dunia ini sebagai sesembahan. Wallahu a’lam.

(Baca: An-Nafs fil Quran, Jiwa Manusia Menurut Alquran)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement