Selasa 24 Jan 2017 17:59 WIB

Dituduh Ekstremis, Remaja Muslim Gugat Sekolah di Montreal

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Penjara ekstremis (Ilustrasi)
Foto: BBC
Penjara ekstremis (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Seorang remaja Muslim dan ibunya menggungat College Charlemagne, sebuah sekolah swasta Pulau Barat Montreal. Pasalnya, sang remaja dituduh dan telah dibingkau sebagai seorang ekstremis.

Insiden ini berlangsung pada musim gugur 2015, saat pengawas sekolah meyakini jika anak itu sudah menjadi soliter dan cemberut, dan memiliki sikap yang kurang bisa merawat diri. Parahnya, akibat tuduhan itu, sang anak sempat diamankan Kepolisian lantaran dikira berencana meledakkan sekolah.

Mengingat status remaja itu di pengadilan, tentu nama anak itu tidak dapat dipublikasikan. Tapi, Wade Deisman, seorang profesor kriminologi di Kwantlen Polytechnic University mengatakan, kasus ini menunjukkan kekhawatiran yang ada telah mengubah cara pengawas sekolah mengintrepertasikan emosi siswa.

"Perasaan frustrasi, marah atau tidak bahagia tidak lagi jadi ekspresi remaja normal, tetapi akan ditafsirkan sebagai ancaman, dan asumsi ancaman ini lebih dikedepankan dibanding praduga tak bersalah," kata Dr Deisman seperti dilansir The Globe and Mail, Selasa (24/1).

Laporan pengadilan menggambarkan dirinya sebagai Muslim, dengan ibu yang lahir di Maroko. Saat kejadian, korban berusia 15 tahun dan tengah duduk di kelas 11, serta tercatat sebagai salah satu atlet sekolah yang sukses. Tidak disangka, sindiran teman-temannya pada 13 Oktober 2015, malah diartikan berbeda oleh pengawas.

Celine Primeau, seorang pengawas sekolah yang berada di dekatnya kala itu, malah berpikir sang anak mengatakan akan meledakkan sekolah. Lebih parah, Kepala Sekolah Julie Beaudet, mengaku curiga akibat kebiasaan sang anak membaca Alquran, dan itu tercatat disalah satu keterangan saksi di Kepolisian.

"Dia membawa Alquran musim panas ini," ujar Beaudet, yang benar-benar menunjukkan parahnya kekhawatiran sekolah yang berlebihan.

Polisi menangkap remaja itu di rumahnya 14 Oktober 2015, dan malah melakukan pemborgolan cuma karena anak itu merupakan atlet lari dan ditakutkan melarikan diri. Lewat gugatannya, ia menuturkan, pengawas sekolah bernama Primeau, memang kerap mengejek anak-anak berkulit hitam dengan sebutan Negro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement