Kamis 06 Oct 2016 18:26 WIB

Korsel Serius Garap Pasar Halal Malaysia dan Indonesia

Rep: Fuzi Pratiwi/ Red: Maman Sudiaman
 Pengunjung melihat produk yang dipamerkan dalam pembukaan Indonesia Halal Business & Food (IHBF) Expo di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (4/12).  (Republika/Agung Supriyanto)
Pengunjung melihat produk yang dipamerkan dalam pembukaan Indonesia Halal Business & Food (IHBF) Expo di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (4/12). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menangkap peluang ketertarikan yang besar, Korea Selatan serius menggarap pasar produk halal di Malaysia dan Indonesia.Saat ini, Korea Selatan sudah punya 400 perusahaan bersertifikat halal 

"Di sisi pangan, dengan jumlah 400 perusahaan dihasilkan lebih dari 1.000 produk yang sudah bersertikat halal baik melalui Federasi Muslim Korea (KMF), Majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun Departemen Pengembangan Islam Malaysia (JAKIM)," kata Direktur Jenderal Korea Institute of Halal Industry (KIHI) James Noh.

Sementara kosmetik baru lima perusahaan yang sudah bersertifikasi halal. Nilai ekspor kosmetik dari Korea Selatan mencapai 2,9 miliar dolar AS ke 133 negara.

Di antara negara-negara mayoritas Muslim, tujuan ekspor produk kosmetik Korea Selatan terbesar adalah Malaysia dengan porsi 44 persen dan Indonesia 12 persen.

Melihat dua hal ini dan jumlah kunjungan wisatawan dari negara Muslim ke Korea Selatan terus meningkat, Pemerintah Korea sadar akan signifikansi industri halal. "Korea Selatan akan menambah produk halal agar bisa masuk ke pasar Muslim," katanya.

Juli 2016 lalu, Pemerintah Korea Selatan menyatakan dorongan industri halal sebagai bagaian promosi produk Korea Selatan. Salah satu programnya adalah kerja sama dengan negara Muslim seperti Indonesia.

"Dari rencana secara khusus menyebut Indonesia sebagai mitra kolaboratif. Sebab Korea Selatan adalah negara non Muslim dan punya keterbatasan, karena itu perlu kolaborasi dengan Indonesia dan Malaysia untuk meyakinkan pasar," kata Noh dalam Indonesia International Halal Lifesyle Expo & Conference (IIHLEC), Kamis (6/10).

Pemilihan Malaysia dan Indonesia bukan tanpa alasan. Dari survei Pemerintah Korea, tingkat kesukaan Malaysia dan Indonesia terhadap Korea Selatan termasuk tinggi. Ketertarikan terhadap Korea Selatan oleh masyarakat Malaysia sebesar 73 persen, Cina 66 persen, dan Indonesia 57 persen. Survei sendiri dilakukan pada 75 negara, sementara Malaysia dan Indonesia adalah negara Muslim.

Dari statistik penyiaran Korea Selatan pun, tingkat ketertarikan negara Arab terhadap Korea Selatan lebih dari 90 persen. Di sisi pariwisata, Malaysia dan Indonesia juga penyumbang wisatawan Muslim. Pada 2015, Korea Selatan kedatangan 460 ribu wisatawan Muslim dimana 105 ribu orang dari Malaysia dan 95 ribu orang dari Indonesia.

Organisasi Pariwisata Korea Selatan (KTO) juga menominasikan 200 restoran ramah Muslim. Jumlah ini memang masih sedikit. TapI upaya penambahan masih berlangsunt. 

Sementara hotel, tak ada halal di Korea Selatan, tapi kurang dari lima hotel yang punya restoran halal meski belum bersertifikat. "Intinya, Pemerintah Korea Selatan mencoba membuat lingkungan kondusif bagi industri halal," kata James.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement