Kamis 07 Jan 2016 11:19 WIB

NU Ingatkan Konflik Iran-Saudi Jangan Jadi Wahabi-Syiah

Rep: Retno Wulandhari/ Red: achmad syalaby
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menyampaikan pidatonya pada acara Pembacaan Pesan Moral Kebangsaan dan Catatan Akhir Tahun, bertajuk “Anak Ayam Tak Boleh Kehilangan Induknya” di Jakarta, Rabu (23/12).
Foto: Republika/ Darmawan
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menyampaikan pidatonya pada acara Pembacaan Pesan Moral Kebangsaan dan Catatan Akhir Tahun, bertajuk “Anak Ayam Tak Boleh Kehilangan Induknya” di Jakarta, Rabu (23/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik panas yang melibatkan dua negara mayoritas Islam di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran, menyita banyak perhatian publik. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai konflik tersebut tidak layak dipertontonkan dan sangat mengkhawatirkan.

"Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin akan terjadi pertempuran yang lebih luas dan berbahaya bagi dunia karena Arab Saudi dan Iran adalah representasi dunia Islam," kata Ketua PBNU, KH. Said Aqil Siroj, kepada Republika, Kamis (7/1).

Menurut Kiai Said, Indonesia dalam hal ini bisa menjadi juru damai untuk meredam konflik. Sebab Indonesia, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dan terbukti dalam menjaga toleransi dalam kemajemukan, memiliki modal diplomatik yang tinggi. 

Untuk itu, PBNU mendorong pemerintah untuk mengambil peran serta langkah-langkah diplomatik dalam rangka membantu menyelesaiakan konflik Arab Saudi dan Iran ini. Dalam mengambil langkah diplomatik, menurut Kiai Said pemerintah Indonesia harus berhati-hati agar tidak terlibat dalam pemihakan.

PBNU juga mengimbau agar konflik tidak diperparah dengan isu-isu ideologi Wahabi-Syiah. Serta, umat Islam diharapkan tidak terprovokasi sehingga melakukan tindakan-tindakan yang merugikan.

PBNU, dalam konteks konflik Arab Saudi dan Iran, mengaku siap menjadi garda depan untuk selalu melaksanakan dan juga megembangkan paham “Islam Nusantara” yang selalu mengedepankan sikap moderat, seimbang, adil, dan juga toleran. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement