Kamis 26 Nov 2015 12:17 WIB

Alumni Suriah Serukan Waspadai Perpecahan Umat

Logo al-Syami
Foto: dok pri
Logo al-Syami

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ikatan Alumni Syam (Suriah) Indonesia (al-Syami) mengajak segenap elemen bangsa, baik sipil atau pemerintah utuk mewaspadai tren perpecahan umat dan mewaspadai krisis solidaritas di dunia Islam.

Ketua Umum al-Syami Ahmad Fathir Hambali, mengatakan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya selalu menjaga dan merawat hubungan yang baik terhadap umat Islam atau non-Muslim, bahkan dengan kaum munafik sekalipun. Misalnya, Ubai bin Salul.

Menurut dia, tidak pernah terdata dalam sejarah, Nabi pernah memberi vonis kafir terhadap seseorang yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat. “Ini sangat berbahaya dan saat ini dengan jelas terjadi di Timur Tengah,” katanya dalam keteranga persnya kepada Republika di Jakarta, Kamis (26/11).

Tuntunan tersebut bertolak belakang dengan realita sebagian umat Islam saat ini. Gejala saling menyesatkan dan mengkafirkan masih menjadi bagian yang cukup melekat. Secara kolektif, al-Syami, mengajak masyarakat untuk berlaku dewasa dalam beragama, dan tidak mudah terpancing provokasi kelompok ekstremis dan sektarian, serta gotong royong menjaga kesatuan dan menebar Islam rahmatan lil ‘alamin.    

Dalam konteks inilah, ungkap Fathir, al-Syami mengapresiasi  Konferensi ke-4 International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang ke-4. Konferensi yang berlangsung di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengangkat tema “Upholding Islam as Rahmatan Lil Alamin (Blessing for Universe): Capitalizing Intellectuality and Spirituality toward the Better Life for Human Beings” tersebut relevan, di tengah krisis politik dan kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah dan Barat.

Sebanyak 10 anggota al-Syami yang datang dari berbagai daerah itu menjadi peserta aktif konferensi yang digelar selama tiga hari tersebut (23-25/11). Konferensi semacam ini sangat penting untuk mengangkat tradisi dan isu-isu Islam moderat dalam negeri ke dunia internasional dan menjalankan peran sipil dalam second track diplomacy.

Ia menambahkan, dalam konferensi tersebut, peserta sepakat untuk menjaga dan mengembalikan substansi Islam yang merupakan rahmat bagi alam semesta, serta mengirim pesan tersebut ke seluruh dunia Islam, agar menjadi norma dan perilaku keseharian umat Islam, baik dalam bermasyarakat atau bernegara.

Ia juga menentang setiap upaya melawan kemunkaran jika dapat menimbulkan kemunkaran yang lebih besar. “Termasuk usaha mendikotomi umat Islam dan menjatuhkan pemerintahan negara yang sah dan sesuai konstitusi,” katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement