Ahad 30 Aug 2015 13:30 WIB

Menuju Islam Nusantara Berkemajuan

Rep: c97/ Red: Agung Sasongko
Islam nusantara berkemajuan (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Islam nusantara berkemajuan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID YOGYAKARTA -- Sarasehan Syawalan Tujuh Belasan Menuju Islam Nusantara Berkemajuan yang digelar di Aula Pertemuan Masjid Syuhada Kota Baru Yogyakarta melibatkan masyarakat dan tokoh agama. Acara yang terselenggara atas kerja sama Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga dan Corp Dakwah Masjid Syuhada itu diikuti pula oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta.

Ketua Panitia Sarasehan, Isna Nursyaifudin menyampaikan, latar belakang tema yang mereka ambil berasal dari isu mukhtamar NU dan Muhammadiyah yang telah berlangsung belum lama ini. "Kita mencoba mengambil isu dari kegiatan besar dua ormas islam paling berpengaruh di negeri ini," katanya, Ahad (30/8).

Menurutnya dua agenda besar tersebut layak didiskusikan. Karena bagaimana pun mukhtamar harus memiliki hasil yang bisa dikontribusikan bagi kemaslahatan bangsa ini. Isna berharap sarasehan yang menghadirkan dua tokoh NU dan Muhammadiyah ini bsa mlahirkan ide baru bagi islam di Indonesia.

Bertindak sebagai moderator dalam acara tersebut, Ustaz Muhammad Anshory menuturkan, banyak sekali kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Bahkan kearifan lokal indonesia berakukturasi dengan islam. Maka itu lahirlah istilah islam nusantara.

"Tapi banyak orang indonesia yang menerjemahkan Islam nusantara sesuka hatinya," tuturnya. Maka itu tidak jarang berbagai pihak salah mengartikan istilah tersebut, lalu memperdebatkannya menjadi suatu permasalahan yang besar.

Dalam kesempatan yang sama, tokoh intelektual Nahdatul Ulama, Prof. Mahasin menegaskan, islam nusantara adalah islam yang memiliki corak kebudayaan Indonesia. Namun masih memiliki kesamaan pokok dengan islam lainnya di belahan dunia mana pun.

"Kita memiliki prinsip yang sama dalam islam," kata pria yang juga menjabat sebagai Dirjen Pembinaan Masyarakat Kementerian Agama itu. Adapun kesamaan yang prisipal dalam islam nusantara adalah tauhid, rukun iman dan islam, sejarah islam, nilai moral, serta ekspresi peribadatan dasar seperti shalat dan puasa.

Tokoh Muhammadiyah, Prof. Yunahar Ilyas membenarkan hal tersebut. Menurutnya penggunaan istilah tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan hal ini sudah seharusnya menjadi nilai tambah corak islam di tanah air. Karena walau bagaimana pun Muhammadiyah juga tetap mengambil kearifan lokal indonesia yang bisa dipertahankan dalam kehidupan beragama.

"Islam nusantara juga ingin maju. Tapi islam berkemajuan juga tidak meninggalkan budaya nusantara," ujarnya. Selama sarasehan, berlangsung juga diskusi tanya jawab antara kedua tokoh dan peserta yang terdiri dari masyarakat serta mahasiswa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement