Rabu 05 Aug 2015 13:10 WIB
Muktamar NU

Pencetus Ahwa Minta Muktamirin Istikharah Sebelum Pilih Ketum PBNU

Rois Syuriah PWNU Jatim KH. Muftahul Akhyar (tengah), bersama Katib PWNU Jatim KH. Safruddin (kiri), dan Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim Shofiulloh memberikan penjelasan kepada wartawan mengenai hasil Ahwa Muktamar NU ke-33 di media center, Jombang, Jatim, R
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rois Syuriah PWNU Jatim KH. Muftahul Akhyar (tengah), bersama Katib PWNU Jatim KH. Safruddin (kiri), dan Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim Shofiulloh memberikan penjelasan kepada wartawan mengenai hasil Ahwa Muktamar NU ke-33 di media center, Jombang, Jatim, R

REPUBLIKA.CO.ID,JOMBANG -- Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Miftahul Achyar berbicara tentang kandidat Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Kiai Miftah menyarankan Muktamirin terlebih dahulu mendirikan salat istikharah sebelum menjatuhkan pilihannya.

 

“Pilih yang terbaik untuk NU ke depan. Jika perlu salat istikharah dahulu,” kata Kiai Miftah usai menghadiri konferensi pers di Media Center Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di SMA Negeri 1 Jombang, Jawa Timur, Rabu (5/8).

 

Ditanya mengenai sosok yang tepat memimpin NU untuk lima tahun ke depan, Kiai Miftah enggan menyebutnya dengan jelas. Meski demikian kiai yang dikenal sebagai pengusul metode Ahlul halli wal aqdi (Ahwa) untuk pemilihan Rais Áam tersebut menganggap kepemimpinan KH Said Aqil Siroj lima tahun terakhir sudah bagus.

“Sudah kelihatan hasilnya, tinggal meneruskan saja. Yang baik diteruskan, kalau bisa ditingkatkan, yang tidak baik ya harus ditinggalkan,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement