Ahad 02 Aug 2015 15:31 WIB

Tiga Agenda Mendesak Nahdlatul Ulama

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (Kiri) didampingi Ketua Steering Committee Panitia Muktamar NU ke-33 Slamet Effendy Yusuf (tengah) memberikan keterangan terkait laporan akhir persiapan pelaksanaan Muktamar NU di Kantor PBN
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (Kiri) didampingi Ketua Steering Committee Panitia Muktamar NU ke-33 Slamet Effendy Yusuf (tengah) memberikan keterangan terkait laporan akhir persiapan pelaksanaan Muktamar NU di Kantor PBN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Ali Masykur Musa mengungkapkan tiga agenda mendesak yang perlu menjadi prioritas program Nahdlatul Ulama.

"Pertama, di bidang ekonomi. Ini sangat penting karena di dalam kehidupan nyata, masyarakat dan organisasi NU tidak bisa lepas dari tuntutan untuk menyejahterakan," kata Ali Masykur kepada ROL, Jumat (31/7).

Ali Masykur berpendapat, kalau NU mampu menyejahterakan umatnya, NU akan menjadi organisasi yang mandiri dan diperhitungkan, baik oleh kekuatan politik maupun pemerintahan. Ia menuturkan, selama ini kelemahan NU dari pusat sampai ke daerah adalah rentannya NU akan intervensi dari pihak luar. Hal itu disebabkan oleh ketidakmandirian organisasi di bidang ekonomi umat.

Anggota BPK ini melanjutkan, NU juga perlu meningkatkan kualitas di bidang SDM. Kalau boleh dihitung, warga NU menempati 80 persen umat Islam di Indonesia. Tetapi, senyampang dengan besarnya warga NU, paralel dengan tingkat SDM yang sangat rendah.

Ia pun menekankan, peningkatan kualitas lembaga pendidikan di lingkungan NU merupakan agenda sangat mendesak. Pasalnya, kompetisi di dunia nyata sekarang sangat ketat. Hanya mereka yang mempunyai kualitas tinggi yang mampu berkompetisi dalam kehidupan nyata.

Ali Masykur juga mengungkapkan perlunya menjadikan NU sebagai pencerah bangsa. Ini yang mensyaratkan agar NU tidak terlibat dalam politik praktis. Karena bagaimanapun juga, NU bukan partai politik.

"Dalam posisi seperti itulah, keterlibatan NU dalam bidang politik hanya sebatas pada politik etis yang mencerahkan kehidupan bangsa dan negara," kata Ketua ISNU ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement