Sabtu 01 Aug 2015 19:06 WIB
Muktamar NU

Sistem Ahwa Muliakan Kiai Sepuh

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Indah Wulandari
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (ketiga kiri) memberikan sambutannya dalam halal bihalal PBNU di Kantor PBNU, Jakarra, Selasa (28/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (ketiga kiri) memberikan sambutannya dalam halal bihalal PBNU di Kantor PBNU, Jakarra, Selasa (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Mekanisme pemilihan Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan ahlul halli wal 'aqdi (Ahwa) dinilai bisa menjaga kehormatan kiai sepuh. Cara ini diyakini bisa menjauhkan dari kegaduhan dan adu domba di internal ormas Islam terbesar di Indonesia ini.

"Makanya kiai sepuh yang kita muliakan jangan diadu domba," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di Ponpes Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8).

Menurutnya, pemilihan Rais 'Aam PBNU bukan seperti memilih kepala daerah yang menggunakan voting. Cara ini dianggap tidak tepat jika digunakan untuk posisi Rais 'Aam. Sebab, kata dia, Rais 'Aam adalah orang yang sangat dihormati di ormas Islam terbesar di Indonesia ini.

"Coba kalau voting seperti pilkada atau muktamar lalu, haduh," ujar dia.

Sampai saat ini, masih terjadi perbedaan pendapat di internal NU terkait mekanisme Ahwa untuk pemilihan Rais 'Aam. Keputusan final akan dibahas dalam sidang pleno untuk menentukan mekanisme pemilihan Rais 'Aam, Selasa (4/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement