Selasa 26 May 2015 02:35 WIB

Kaligrafi di Kaos Doa Non-Muslim, Lesbumi: Umat Islam Harus Bersikap Dewasa

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
Khat Naskhi, salah satu aliran dalam kaligrafi.
Foto: Blogspot.com
Khat Naskhi, salah satu aliran dalam kaligrafi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam harus bersikap dewasa menghadapi persoalan kebudayaan semacam penggunaan aksara Arab atau kaligrafi dalam bentuk karya di luar seni Islam.

"Kaligrafi awalnya lahir dari kreativitas umat Islam. Islam tidak memperbolehkan menggambar manusia atau makhluk hidup, lalu bagaimana dengan seni rupa dalam Islam? Maka, muncul kaligrafi," tutur Pengurus Pusat Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Dinaldo, Senin (25/5).

Dalam perkembangannya, seni menulis indah atau kaligrafi digunakan oleh orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

Ia pun menjelaskan, kaligrafi sebenarnya berlaku universal, artinya bisa digunakan oleh umat agama apapun. Padahal, umat Nasrani di tanah Arab juga menggunakan aksara Arab.

Tetapi, latar belakang sejarah dan budaya membuat asumsi bahwa agama Kristen-Katolik  yang dibawa oleh penjajah Barat hanya identik dengan aksara Latin. Sebaliknya, agama Islam dibawa oleh para mubaligh dan diajarkan bersama aksara Arab.

“ Wajar jika masyarakat awam menganggap huruf Arab semata-mata identik dengan Islam,” urai Dinaldo.

Menurutnya, upaya untuk menghancurkan atau mengaburkan simbol-simbol yang identik dengan Islam juga harus diperhatikan. Misalnya, Betawi dulu identik dengan Islam, demikian juga Minang. Tapi, sekarang dilunturkan keislamannya oleh kapitalisme dan liberalisme. Mereka membuat hal-hal yang identik Islam itu seolah milik umum.

"Saya kira umat Islam harus bersikap dewasa. Kalau anarki, kita akan disalahkan dan gampang diprovokasi," tambahnya.

Dinaldo juga mengingatkan agar umat Islam waspada dengan bentuk-bentuk yang berselimut kesenian, tetapi memiliki motif tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement