Sabtu 25 Apr 2015 08:55 WIB

Warga Amerika yang Mualaf Semakin Banyak

Rep: c83/ Red: Hazliansyah
Muslim Amerika Serikat (ilustrasi)
Foto: AP/Sue Ogrocki
Muslim Amerika Serikat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan signifkan dirasakan umat muslim Amerika pascakejadian 11 September 2001. Umat muslim di Amerika saat itu menjadi sasaran akibat pandangan yang keliru atau yang lebih dikenal dengan istilah Islamphobia. Pandangan negatif soal Islam ini menjadi tantangan tersendiri bagi dakwah di Amerika. Namun, pascakejadian tersebut, jumlah warga Amerika yang memutuskan masuk Islam semakin banyak. 

“Anehnya, banyak orang Amerika masuk Islam setelah itu. Estimasinya sebesar empat kali lipat,” terang Imam Besar Masjid New York, Shamsi Ali dalam Diskusi Publik bertajuk “Menilik Budaya dan Islam Nusantara di Negeri Paman Sam” yang digelar Dompet Dhuafa, Jumat (24/4) di Jakarta.

Shamsi Ali mengatakan, bertambahnya jumlah warga Amerika yang masuk Islam lantaran sifat terbuka dan rasa ingin tahu yang tinggi orang Amerika. Kitab Suci Alquran setelah kejadian 11 September menjadi buku paling banyak diburu dan dibeli.

Menurutnya, warga Amerika ingin mengetahui informasi sebenarnya tentang Islam. Dan mereka menemukan Islam merupakan agama yang agung dan jauh dari apa yang mereka pikirkan selama ini.

Direktur Nusantara Foundation ini juga menambahkan, Islam harus mengubah mindset dengan apa yang bisa dilakukan bukan dengan apa yang bisa didapat. Hal ini sebagai cermin bahwa umat Islam harus aktif dan berkontribusi lebih.

“Umat Islam jangan sampai kalah cepat. Kita jangan selalu mengeluh. Justru apabila ada pandangan yang miring tentang Islam kita harus bisa mengubah pandangan mereka dengan membuka dialog dan menunjukkan perilaku yang menunjukkan Islam sebagai rahmatan lil alamin,” jelasnya.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement