Selasa 27 Sep 2011 10:54 WIB

Menolak Dinterogasi di AS, Muslim Amerika Ditahan 'Intelijen Bayangan FBI' di Inggris

Michael Migliore
Foto: Michael Migliore
Michael Migliore

REPUBLIKA.CO.ID, PORTLAND - Apakah pemerintah AS menggunakan otoritas Inggris untuk menahan dan menginterogasi warga Amerika karena ia tak mau berbicara dengan penyelidik terorisme FBI tanpa kehadiran pengacara? Kasus terkini bisa jadi menguatkan dugaan tersebut.

Pekan lalu, Michael Migliore, warga AS 23 tahun yang juga mualaf, hampir tiba dari perjalann trans-Atlantik dari New York menuju Southampton Inggris. Dari sana, Migliore berharap bisa meneruskan ke Italia, di mana ia memiliki keluarga dan memegang paspor ganda.

Saat Migliore akan terbang, ia mengetahui bahwa ia termasuk dalam daftar warga AS yang dilarang terbang. Ia meyakini situasi itu adalah akibat kebetulan dari Mohamed Osman Mohamud, terdakwa kasus bom pohon Natal. Karena itu ia mengambil jalan laut melewati Atlantik, alih-alih terbang.

Begitu kapal Cunard yang ia tumpangi mendekati pelabuhan Southampton, Migliore, yang tengah menyantap sarapan, melihat speedboat mendekat. Menurut penuturannya, otoritas Inggris itu naik dan membawa ia pergi dari kapal lalu menahannya dan menginterogasinya di bawah undang-undang anti terorisme Inggris selama 8 hingga 10 jam.

Ia diberitahu tak punya pilihan lain selain bekerja sama. Mereka menyita telepon selulernya, iPod touch, sebuah flash disk dan satu buku gramatika Arab sebelum akhirnya membebaskan kembali.

Lewat wawancara telepon dari Italia, Migliore menuturkan bahwa kuasa hukum Inggrisnya mengatakan pejabat AS terlibat dalam tindakan tersebut. Si kuasa hukum juga menyebut ia rupanya kerap mengunjungi masji di mana Mohamud sering datang dan FBI rupanya kehilangan kontak sekitar 18 bulan sebelum penahanan Mahmoud pada November 2011.

Pada awal-awal penahanan pengeboman pohon Natal itu, FBI datang dan berbicara dengan Migliore. Agen tersebut, tutur Migliore, mendatangai rumahnya di Portland, Oregon, tak lama setelah Mahmoud ditahan.

Si agen, menurut Migliore, tak senang dan mulai meninggikan suara, begitu Migliore berkata kepada mereka ia ingin membuat janji berbicara dengan kehadiran pengacara.

Kuasa hukum Migliore di AS, Gadeir Abbas, mengatakan setelah itu FBI tidak membuat tindakan lagi dengan kliennya setelah pada pertemuan awal Migliore tak menunjukkan memiliki catatan kriminal.

"Saya tak pernah melakukan kesalahan. Jadi saya tak mengerti mengapa harus melalui semua ini," ujarnya. "Saya tak tahu apa yang membuat mereka berpikir bahwa saya adalah teroris yang ingin melakukan aksi krimnal. Apa yang terjadi sungguh luar biasa. Saya tak bisa percaya saba butuh 12 hari untuk bisa sampai ke rumah. Apa ini yang terjadi, apa maksudnya semua ini," ujarnya di telepon.

Kasus Migliore tidak begitu menarik perhatian. Meski Associated Press telah meliputnya pekan lalu, laporan AP hanya membuat sedikit media menoleh.

Namun, menurut analisa Mother Jones, kisah pemuda 23 tahun itu memiliki dampak nyata bagi Muslim Amerika yang berencana bepergian ke luar negeri.

Dalam laporan Mother Jones terpisah diungkapkan bagaimana divisi kontraterorisme FBI bekerja sama dengan pemerintah luar negeri yang kadang mengarah pada penahanan warga AS di luar. Dalam kata lain, pemerintah AS kadang membuat negara lain yang melakukan penahanan, mengurung dan menginterogasi orang-orang yang dicurigai pelaku terorisme atas nama AS.

Memang tak ada bukti yang menyatakan bahwa penahanan otoritas Inggris dan penginterogasian terhadap Migliore dilakukan atas permintaan AS. Namun pengacara Inggris Migliore mengatakan bahwa itulah faktanya.

Jika AS memang terlibat dalam kasus tersebut, ini terlihat sebagai cara lain pemerintah AS untuk menggunakan sekutunya sebagai jalan keluar konstitusi AS yang melindungi warga AS dari operasi intelijen.

Mother Jones juga sempat berbicara dengan sumber FBI mengenai kasus Migliore dan mengakui bahwa pemerintah AS dalam beberapa kasus menyarankan pemerintah luar negeri untuk menahan warga AS. Lebih detail lagi, mereka terutama adalah Muslim AS.

Itu berarti Muslim di Amerika terutama pemuda menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Bila mereka tak ingin ditahan dan diinterogasi di luar negeri, maka mereka disarankan tak mendatangi tempat-tempat seperti Somalia dan Yaman yang bisa memunculkan alarm di kalangan petugas AS.

Dalam kasus Migliore, persamaan itu bisa jadi diluaskan. Jika pemerintah AS meyakini bahwa seseorang memiliki kaitan dengan terorisme, dan ia tak ingin berbicara dengan otoritas karena ada perlindungan hak-hak sipil yang dijamin, maka disarankan untuk tidak meninggalkan negara itu. Lewat saran itu, Mother Jones ingin menyiratkan kepada pembaca bahwa hukum mengenai terorisme pun telah melukai warga AS sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement