Senin 12 Jun 2017 13:15 WIB
Arsitektur Islam

Masjid Islamic Center Samarinda Terbesar Kedua di ASEAN

Islamic Center Samarinda
Foto: Wikipedia
Islamic Center Samarinda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Penggalan lirik lagu berjudul “Samarinda Tepian Mahakam” ini mengingatkan penulis pada sekitar tahun 1980-an. Ketika itu, lagu kedaerahan masih sangat semarak diperdengarkan di sejumlah stasiun radio, termasuk siaran di televisi yang masih berwarna hitam putih.

Sejak dulu, Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur (Kaltim), begitu memesona dengan perkembangan ko ta dan Sungai Mahakamnya yang jer nih. Sungai Mahakam yang memiliki panjang sekitar 920 kilometer itu, membentang dari Samarinda, Kutai Kartanegara, hingga ke Kutai Barat. Di dalamnya, hidup berbagai spesies ikan dan salah satu hewan langka, pesut Mahakam.

Hingga kini, Sungai Mahakam, salah satu sungai terpanjang di Indonesia itu, masih menjadi urat nadi kehidupan sebagian masyarakat di Kalimantan Timur. Pendek kata, dari dulu hingga sekarang, Sungai Mahakam masih menjadi ikon Provinsi Kalimantan Timur.

Seiring perkembangan zaman, ikon Kaltim tak hanya Sungai Mahakam dan ikan pesutnya, tapi kini sudah ber tambah. Seperti Stadion Aji Imbut di Tenggarong (Kutai Kartanegara), Jem batan Mahakam (Kota Samarinda), Ban dara Sepinggan (Balik papan), dan Pantai Derawan (Kutai Timur).

Demikian pula untuk tempat ibadahnya. Ada Masjid Raya Samarinda, Mas jid Agung Tenggarong, Masjid Agung Balikpapan, serta Islamic Centre Samarinda. Khusus untuk Islamic Centre Samarinda ini, ia bisa disebut sebagai ikon baru Kaltim.

Sebab, luas dan besarnya Masjid Islamic Centre Samarinda ini, merupakan terbesar kedua di Asia Tenggara (ASEAN) setelah Masjid Istiqlal Jakarta. Karena itu, ke beradaan Islamic Centre Samarinda ini menjadi kebanggaan masyarakat Kaltim.

Islamic Centre ini mulai dibangun pada 2000. Pencanangannya dilakukan di Bontang, Kaltim, oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bersama dengan sejumlah proyek infrastruktur lainnya. Selanjutnya, peletakan batu pertama mulai dilakukan pada 5 Juli 2001 oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Dan akhirnya diresmikan pada 12 Juni 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement