Senin 25 Jul 2016 19:00 WIB

Masjid Al-Baakhirah Seolah Bersandar di Dermaga

Masjid Al-Baakhirah
Foto: blogspot.com
Masjid Al-Baakhirah

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Masjid Al-Baakhirah dibentuk menyerupai kapal laut yang sedang bersandar di dermaga sebuah pelabuhan. Saat jamaah masuk masjid, akan terlihat seperti sedang masuk ke dalam kapal laut

Menurutnya, masjid yang pembangunannya didanai oleh keluarga ini, hampir aksesoris yang ada dipesankan khusus ke galangan kapal laut. "Seperti pelampung yang berada dekat papan pengumuman, itu pelampung asli yang suka ada di kapal, bukan seperti yang ada di kolam berenang," kata putra ketiga dari Budianto (Alm) Testa Radenta Budianto (41).

Selain dari aksesoris, semua bagian dari kapal difungsikan dan dimanfaatkan sedemikian rupa. Anjungan pun difungsikan sama seperti kapal, bila di kapal laut anjungan untuk tempat navigasi anak buah kapal mengemudi serta mengatur listrik interior dan eksterior kapal, disini pun disamakan, anjungan berfungsi untuk pengaturan listrik, semua panel listrik ada disitu.

Testa menambahkan, radar di kapal pun difungsi nyatakan, bahkan untuk radio komunikasi. "Klakson kapal, lampu-lampu navigasi, juga sirine berfungsi dan akan bunyi saat waktu buka puasa dan imsak tiba," katanya.

Pada bagian samping kanan depan kapal ada menara yang dibuat seperti mercusuar dan diberi lambang bulan sabit diatasnya. Mercusuar ini pengganti menara yang biasa ada disetiap masjid, menara ini mempunyai blink spot jadi saat malam akan menyala seperti umumnya mercusuar.

Di atas masjid itu ada bendera morce yang bertuliskan `Masjid Al-Baakhirah Baros Cimahi, serta tangga menuju atas kapal yang berwarna orange menyerupai tangga pelabuhan.

Bagian dalam masjid ini sama sepeti masjid pada umumnya, ada sebuah mimbar dari jati yang diukir indah, serta rak untuk Alquran di kedua samping bagian depan, dan karpet sejadah berwarna merah yang digelar untuk ibadah sholat.

"Dipinggir tembok masjid ada kaca yang berbentuk bulat sepeti di kapal, dan bawah kaca yang tengah, ada angka romawi yang menunjukan kedalaman laut," katanya.

Para pengurus masjid pun memakai seragam seperti pelaut, dengan warna biru tua dan ada gambar bendera Indonesia di sebelah lengan kanan. "Bangunan ini bukan dijadikan sebagai gaya, tapi memberi pengetahuan juga pada pengunjung mnegenai bentuk kapal serta fungsi benda di dalamnya."

Masjid selalu terbuka untuk umum, tapi untuk naik ke bagian atas kapal, hanya diperbolehkan bada Ashar hingga magrib, tapi di luar Ramadhan, diperbolehkan naik ke bagian atas dari pagi hingga Dzuhur, serta Ashar hingga Maghrib.

"Ketentuan lain jamaah saat mengunjungi masjid ini, yaitu dimohon untuk minimalnya sholat Tahiyatul Masjid, kami tidak menekankan untuk shodaqoh, cukup sholat sunah saja" katanya.

Ia dan keluarganya lega karena bisa membangunkan sebuah mesjid yang sekaligu peringatan bagi orang tua mereka.

"Saat kecil saya dan saudara lainnya selalu diajak baliau untuk berlayar, dan kini senang rasanya bisa diterjemahkan dalam bentuk masjid, semoga bisa manfaat menjadi tempat ibadah dan menuntut ilmu hingga akhir zaman," kata Testa menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement