Senin 02 Feb 2015 08:54 WIB

Perang Meluluhlantakkan Jejak Islam

Rep: Harian Republika, 1 Januari 2015/ Red: Erik Purnama Putra
Salah satu masjid di Baghdad, Irak.
Foto: Theodora
Salah satu masjid di Baghdad, Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Berbagai konflik dan perang yang terjadi di Suriah, Libya, Irak, dan Palestina berdampak buruk terhadap kelangsungan bangunan-bangunan bersejarah di kawasan Timur Tengah dan utara Afrika tersebut. Beberapa situs warisan Islam yang dibangun sejak berabad-abad lampau terancam rusak, bahkan musnah.

Pakar peninggalan budaya dan kepur bakalaan asal Belanda, Rene Teijgeler menuturkan, perang yang terjadi selama bertahun-tahun, menyebabkan kondisi sebagian besar monumen bersejarah di Libya mengalami penurunan yang serius. Saat ini, beberapa kalangan pemerhati benda-benda cagar budaya dunia, ter ma suk UNESCO, tengah berupaya meres torasi situs-situs tersebut.

Menurut hasil penelitian para arkeolog, setidaknya terdapat 117 situs cagar budaya dari berbagai lapisan peradaban di Libya. Sebagian besar di antaranya merupakan situs yang dibangun semasa periode Islam (641-1800). Ketika perang saudara melanda Libya beberapa tahun lalu, sebanyak 25 masjid kuno di negara itu terancam hancur.

"Ada bukti yang menunjukkan bahwa pasukan Qaddafi tidak ragu-ragu memasuki masjid untuk membersihkan para pengunjuk rasa pada awal perang sipil 2011 lalu," ungkap Teijgeler dalam laporannya, Threats to Cultural Heritage in Libya--present status.

Hal serupa juga terjadi di Irak. Pada Juni tahun lalu, kelompok militan ISIS yang menguasai wilayah utara Irak meng hancurkan sejumlah warisan sejarah di Kota Mosul. Di antaranya adalah patung komposer Irak abad ke-19, Utsman al- Mousuli, dan patung penyair Arab pada era Abbasiyah, Abu Tammam. Kedua tokoh tersebut merupakan ikon budaya Irak masa lalu.

Tak hanya itu, laporan Reuters menyebutkan bahwa ISIS juga merusak makam Ibnu al-Atsir. Dia adalah seorang filsuf Arab abad pertengahan yang ikut bepergian dengan tentara Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Menurut keterangan saksi mata, makam yang dinaungi kubah itu dibuat luluh lantak oleh para militan ISIS ketika mereka menyerbu Mosul.

"Kelompok ISIS kerap diasosiasikan dengan paham Salafi yang menganggap penghormatan terhadap makam termasuk bentuk penyembahan berhala," tulis Reuters.

Di Suriah, perang saudara juga mengancam keberadaan situs atau bangunan bersejarah. Menurut perkiraan, lebih dari 90 persen situs cagar budaya--termasuk enam di antaranya situs yang ditunjuk UNESCO--berada di daerah konflik.

Serangan udara dan penembakan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah Bashar al-Assad, serta aksi pemboman yang dilaku kan kelompok oposisi, menjadi ancaman terbesar bagi situs-situs tersebut.

Pada April 2013, menara Masjid Umayyah di Aleppo yang dibangun pada 1090, hancur lantaran perang.

Kelompok oposisi mengklaim, tank pemerintah sengaja memborbardir menara itu ketika tentara Assad berusaha merebut kembali Aleppo dari tangan mereka.

"Bencana ini jauh lebih buruk dari yang bisa orang-orang bayangkan," ujar asisten direktur umum bidang kebudayaan UNESCO, Francesco Bandarin, seperti dikutip media Uni Emirat Arab, the Nationial.

Selama beberapa dekade terakhir, kaum Zionis meluncurkan beberapa proyek arkeologi di sekitar kompleks Baitul Maqdis untuk menemukan keberadaan Kuil Sulaiman. Pada tahun 1970, pemerin tah Israel memulai penggalian secara intensif di sisi selatan dan barat luar tembok Masjid al-Aqsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement