Jumat 11 May 2018 14:09 WIB

Serangan Masjid di Afsel Tewaskan Seorang Imam

Para penyerang juga membakar masjid sebelum melarikan diri.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Muslim di Afrika Selatan
Muslim di Afrika Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, VERULAM -- Serangan masjid yang menewaskan seorang imam memicu kemarahan publik, terutama komunitas Muslim. Tiga orang penyerang kini sedang menjadi buronan.

Penyerang itu menebas leher imam ketika menunaikan sholat zhuhur pada Kamis (10/5) waktu setempat. Selain itu, mereka juga menikam dua orang lainnya hingga mengalami luka serius di salah satu masjid Syiah. Kedua korban berada di rumah sakit dalam kondisi kritis. Serangan itu terjadi di kota Verulam, yang terletak 27 kilometer di utara Durban.

Komisaris Polisi provinsi KwaZulu-Natal Mayor Bheki Langa mengatakan dalam sebuah pernyataan, motif serangan itu masih belum jelas. Para penyerang juga membakar masjid sebelum melarikan diri dengan kendaraannya.

"Kejahatan seperti itu tidak dapat ditoleransi. Sebuah tim penyelidik telah dikirim untuk menyelesaikan kasus dan menangkap pelaku kejahatan," kata Langa, dikutip Aljazirah.

Insiden ini langsung mengundang kecaman dari para pemimpin Muslim di seluruh negeri.Faisal Suleman, ketua Jaringan Muslim Afrika Selatan, mengatakan bahwa organisasinya tidak ingin berspekulasi tentang motif yang masih belum jelas.

"Kami mengutuk serangan ini dan kami mendesak penegak hukum agar tidak ada upaya untuk menangkap para pelaku yang masih hidup agar alasannya diketahui," kata Suleman dari Durban."Afrika Selatan belum pernah mengalami serangan seperti itu di masa lalu, jadi kami berhati-hati terhadap spekulasi."

Dewan Yudisial Muslim mengecam pertumpahan darah dan mengatakan inti dari ajaran dan prinsip Islam adalah menghormati semua manusia.

Ulama Islam Shaykh Rafeek Haseen mengatakan kepada stasiun radio komunitas Voice of the Cape, komunitas Muslim Durban terkejut dan mendesak warga tidak mengambil kesimpulan."Ini mungkin kasus pencucian uang atau masalah pribadi antara pelaku dan korban. Saya tidak berpikir kita berkesimpulan serangan ini dimotivasi sektarianisme," kata Haseen.

Majelis Ulama Afrika Selatan mengecam serangan-serangan yang mereka sebut menyedihkan dan ganas ini."Kami mengutuk tindakan kekerasan yang tidak dapat dibenarkan ini, yang tidak menumbuhkan apa-apa selain ketegangan, ketidakpercayaan, dan ketidakamanan dalam masyarakat," kata Sekretaris Jenderal kelompok itu, Yusuf Patel.

Parlemen negara itu juga merilis sebuah pernyataan yang mengutuk kekerasan. "Masjid adalah lembaga agama dan konstitusi Afrika Selatan menjamin dan melindungi hak atas praktik agama," kata Francois Beukman, ketua Komite Portofolio Polisi, dalam sebuah pernyataan yang dirilis dari parlemen. "Serangan semacam ini terhadap tiga orang tak berdosa sama sekali tidak dapat dibenarkan. Kami ingin komunitas kami hidup harmonis, mempraktikkan agama mereka tanpa rasa takut."

Muslim di Afrika Selatan hanya sekitar 1,9 persen dari total 5,5 juta penduduk, dengan sebagian besar adalah Muslim Sunni.Serangan terhadap masjid sangat jarang terjadi, tetapi pengamat mencatat retorika anti-Syiah telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, terutama di media sosial.

Farid Sayed, editor surat kabar Muslim Views yang berbasis di Cape Town, mengatakan telah terjadi serangan terhadap masjid sebelumnya, tetapi biasanya karena rasis, dari sayap kanan putih. Sayed mengatakan banyak Muslim di Afrika Selatan menyangkal fakta ada intoleransi intra-iman di masyarakat.

"Orang dapat menganggap ini sebagai serangan sekali-kali, itu mungkin bukan serangan sektarian. Tapi saya pikir itu mengingatkan kita pada fakta kita sebenarnya bisa menghadapi situasi di mana mungkin ada kekerasan (di masa depan)."Di masa lalu, serangan itu selalu serangan verbal, bukan fisik. Saya memiliki beberapa unggahan (di media sosial) yang menunjukkan itu 'hanyalah sebuah masjid Syiah', dengan kata lain, mereka pantas diserang," kata Sayed.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement