Rabu 21 Feb 2018 10:05 WIB

Mahasiswa Muslim Prihatin Makanan dengan Label Halal Palsu

Ini adalah pengkhianatan kepercayaan konsumen dan itu sedang dipermainkan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Agus Yulianto
Muslim Kanada
Muslim Kanada

REPUBLIKA.CO.ID, KANADA -- Sejumlah mahasiswa Muslim di Universitas Regina, Kanada mencurigai adanya praktik kurang sehat terhadap makanan di perguruan tinggi itu. Salah satu kecurigaan mereka, yakni adanya daging yang diberi label halal, tetapi sebenarnya tak halal.

Dilansir dari Global News pada Rabu (21/2), para mahasiswa Muslim berniat memfilmkan sebuah pernyataan pekerja di Global Village ihwal daging ayam yang mereka sajikan benar halal. Para pekerja tak bersedia melakukannya.

Kemudian, para mahasiswa mendiskusikan permasalahan itu pada Presiden Asosiasi Mahasiswa Muslim (MSA) Muhammad Rehman. "Ini adalah pengkhianatan kepercayaan konsumen," kata Rehman.

MSA menindaklanjuti dengan mengirim surat yang mengungkapkan keprihatinan pada petugas administrasi dan jasa makanan, Paul Chartwell. Chartwell juga mengelola Global Village dan tempat makan di dalam kampus lainnya. Global Village menawarkan pilihan makanan halal hampir setiap hari, baik untuk makan siang dan malam.

Rehman mengatakan, makanan tersebut adalah pilihan halal di kampus utama. Menurutnya, halal adalah sesuatu yang diperbolehkan untuk dimakan dalam agama Islam. Untuk daging, mereka harus disembelih dengan menyebut nama Allah SWT.

"Ini sangat mirip dengan kosher (kepercayaan Yahudi) dalam pengertian itu," ujar Rehman.

Dikatakan Rehman, insiden serupa terjadi pada November lalu. Sekarang, masalah kepercayaan konsumen sedang dipermainkan. "Misalnya, Anda membeli TV Sony dan saat Anda membukanya, itu adalah TV Samsung. (Tentu) Anda menginginkan apa yang telah Anda bayar," ujar dia.

Pada Selasa lalu, pilihan makan siang halal di Global Village adalah //hot dog// ayam. Paket //hot dog// kosong dari Zabiha Halal ditempelkan ke garis prasmanan. Perusahaan induk Compass Group mencoba mengembalikan kepercayaan konsumen dengan memasang tanda tersebut.

"Kami menganggap serius masalah ini, sangat serius," kata Direktur Komunikasi Compass Group Canada Stephanie Baxter.

Baxter mengatakan, perusahaan tengah mengidentifikasi bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. Sehingga, hal serupa tak terulang lagi. "Kami juga bekerja sama dengan universitas dan berharap dapat bekerja sama dengan asosiasi mahasiswa," kata dia.

Baxter mengatakan, staf Chartwell di Universitas Regina telah diberitahu tentang kesalahan tersebut. "Kami dengan tulus menyesali kesalahan ini, dan meminta maaf kepada semua mahasiswa dan staf yang terkena dampaknya," ujar dia.

Rehman mengemukakan kekhawatirannya masalah serupa terjadi di tempat lain, lokasi yang memiliki kontrak dengan Chartwells / Compass. Sebab, perusahaan itu melayani jutaan makanan di Kanada setiap tahunnya.

Baxter mengatakan, Chartwells segera mengkaji dan memperkuat kebijakan seputar bagaimana makanan disajikan. Sementara Universitas Regina menunda komentarnya kepada Compass, tetapi dalam sebuah pernyataan mengatakan, mereka menanggapi masalah ini dengan sangat serius dan berkomitmen terhadap lingkungan kampus yang beragam dan ramah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement