REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salman al-Farisi merupakan seorang sahabat Nabi SAW yang memilih jalan hidup zuhud. Saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, Salman ditawari jabatan sebagai gubernur Mada'in, padahal ia berkali-kali menolaknya. Namun, demi rasa hormatnya kepada Umar, Salman pun menyanggupi tawaran itu. Dalam perjalanan ke Mada'in, Salman hanya menunggangi keledainya seorang diri.
Di pusat Mada'in pun kehidupannya tak ubahnya rakyat biasa. Penghasilannya dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan selalu ada yang dialokasikan untuk sedekah.
"Aku selalu membeli bahan anyaman dengan harga 1 dirham, lalu aku membuatnya dan menjualnya dengan nafkahkan untuk keluargaku. Harganya 3 dirham. Hasil penjualannya, 1 dirham untuk keluargaku, 1 dirham kujadikan modal, dan 1 dirham lagi aku sedekahkan," kata dia.
Setiap hari, Gubernur Salman keluar di daerah kepemimpinannya. Ia berbaur dengan masyarakat setempat, sekaligus berupaya memecahkan persoalan mereka.
Waktu itu, seperti biasa Salman memakai baju yang kusam. Di tengah perjalanan, tampak seorang pedagang yang kelihatannya datang dari negeri luar. Orang itu membawa satu karung berisikan penuh buah tin dan kurma. Muatan tersebut tampak melelahkannya.
Dia melihat di depannya ada seorang berpakaian lusuh. Maka pria itu pun dipanggilnya.
"Wahai fulan, kemarilah! Tolong bawakan ini sampai ke rumahku dan engkau akan kuberikan upah!" katanya.
Rupaya, orang yang diseru itu adalah Gubernur Salman al-Farisi. Pakaian kusam yang dikenakan Salman membuat pria itu menyangka, sang gubernur adalah orang miskin. Bahkan, dikiranya sahabat Nabi SAW ini adalah kuli panggul di pasar.




