REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sejarah panjang Islam, sedikit ulama yang namanya dikenang dengan penghormatan sedalam Imam Hasan Al-Bashri. Dikenal sebagai sosok yang fasih, zuhud, dan penuh kebijaksanaan, ia bukan hanya ulama, tetapi juga teladan moral yang suaranya menggema dari mimbar-mimbar Basrah hingga hati para penguasa.
Ulama tabi’in bernama lengkap Abu Sa'id Al-Hasan bin Abi Al-Hasan bin Yasar Al-Basri ini menjadi rujukan utama pada masanya berkat keluasan ilmunya serta keteguhan sikapnya.
Hasan Al-Bashri lahir di Madinah pada 21 H/642 M, pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Ia datang dari keluarga yang sangat sederhana. Kedua orang tuanya adalah budak.
Ayahnya memeluk Islam setelah menjadi tawanan perang Muslim dalam penaklukan wilayah Misaan di Irak, kemudian menetap di Madinah. Di kota suci itu ia menikahi Khayyirah, seorang budak Ummu Salamah — istri Rasulullah SAW. Setelah melahirkan Hasan, Khayyirah pun dimerdekakan oleh Ummu Salamah.
Masa kecil Hasan dihabiskan di Waadi Al-Qura. Sejak dini kecerdasannya tampak menonjol. Sebelum usia 14 tahun, ia telah menghafal Alquran, menguasai baca tulis, dan mempelajari dasar-dasar ilmu hitung.
Setiap Jumat, ia tak pernah absen mendengar khutbah Khalifah Utsman bin Affan, pengalaman yang menanamkan kecintaan mendalam terhadap agama.




