Jumat 31 Oct 2025 14:38 WIB

Al-Jam'u dan al-Farqu Dua Jenis Keadaan Orang yang Telah Sampai kepada Allah

Seseorang yang telah sampai kepada Allah SWT mempunyai dua keadaan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Pengetahuan tentang akhirat (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Pengetahuan tentang akhirat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bagaimana rasanya hati seseorang yang benar-benar telah sampai kepada Allah SWT? Apakah ia masih merasakan dunia di sekelilingnya atau seluruh perasaannya larut dalam kehadiran Allah? Pertanyaan itu pernah diajukan oleh Al-Habib Abu Bakar bin Syeikh Assegaf kepada Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad.

Dalam jawabannya, Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Al-Haddad menguraikan dua keadaan orang yang telah sampai kepada Allah SWT dalam kitab An-Nafaais al-Uluwiyyah fi al-Masaail ash-Shuufiyah.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Al-Habib Abu Bakar bin Syeikh Assegaf bertanya, "Bagaimana perasaan yang timbul dalam hati seorang yang telah sampai kepada Allah SWT? Apakah ia harus membuangnya jauh-jauh dan hanya bersandar kepada perasaan Rabbani saja atau apa yang seharusnya ia kerjakan?"

Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menjawab, seseorang yang telah sampai kepada Allah SWT atau seseorang yang mengenal Allah SWT dengan ilmu yang ia miliki, sebagaimana yang dimiliki oleh para ulama, memiliki berbagai tingkatan yang tidak terhitung banyaknya.

Seseorang yang telah sampai kepada Allah SWT mempunyai dua keadaan. Pertama, yang dikenal dengan nama al-Jam'u. Kedua adalah yang dikenal dengan nama al-Farqu

Al-Jam'u adalah tingkatan atau keadaan yang dicapai oleh seorang yang telah mengenal Allah SWT secara terus-menerus tanpa terputus sesaat pun di dalam keadaannya. Ia akan terus-menerus fana dan tenggelam di alam ketuhanan secara keseluruhan, secara terus-menerus tanpa terputus sesaat pun.

Sehingga ia tidak lagi mengenali dirinya maupun yang lain selain Allah SWT.

Tentang keadaan atau tingkatan seperti itu pernah diucapkan oleh seorang penyair, "Seandainya hatiku pernah mengingat selain-Mu karena kelalaianku, maka aku rela jika aku dihukum dengan kemurtadan."

Penyair lain mengatakan, "Dahulu hatiku mencintai-Mu, akan tetapi tidak terus-menerus. Namun setelah aku mengenal-Mu lebih jauh, maka aku tidak dapat melupakan diri diri-Mu sedetikpun."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement