Kamis 09 Oct 2025 10:21 WIB

Jejak Santri di Balik Logo Sekolah Garuda

Diyan menitipkan pesan agar kampus Islam memberi ruang lebih bagi mahasiswa kreatif.

Diyan Rizqianto, Pemenang Sayembara Desain Logo Sekolah Garuda
Foto: Kemenag
Diyan Rizqianto, Pemenang Sayembara Desain Logo Sekolah Garuda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah belum lama ini meluncurkan Sekolah Unggul Garuda, program pendidikan berkelas nasional yang dirancang untuk melahirkan generasi berdaya saing global.

Di balik logo barunya yang kini menghiasi berbagai media resmi, tersimpan kisah inspiratif mengenai santri yang menggambarnya. Bukan hanya dengan garis, juga disertai nilai, doa, cinta untuk negerinya.

Sosok tersebut, Diyan Rizqianto, alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri. Siapa sangka, logo yang kini menjadi simbol kebanggaan itu lahir dari tangan santri yang belajar desain secara otodidak.

“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dan bangga. Ini kali pertama saya menjuarai sayembara desain logo di tingkat nasional,” tutur Diyan dalam keterangan yang diterima, Kamis (9/10/2025).

Kisah Diyan bermula dari sayembara Desain Logo Sekolah Garuda yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pada 9-21 Mei 2025 dan diumumkan pemenangnya pada 6 Agustus 2025 melalui akun resmi @ditjensaintek.

Diyan berhasil mengungguli empat finalis lain dengan desain yang dinilai inovatif, sarat makna, dan kuat secara filosofis. Namun, jalan menuju kemenangan itu tak mudah. Diyan mengaku telah berkali-kali mengikuti lomba serupa dan sering gagal.

“Saya sempat hampir menyerah tetapi yakin setiap kegagalan itu tetap bagian dari proses belajar,” tuturnya. Ia terus memperdalam pengetahuannya tentang desain dari berbagai sumber—tutorial daring, buku, dan komunitas—karena baginya, setiap bentuk harus punya jiwa dan pesan.

Terinspirasi tema besar “Menggapai Asa Menuju Generasi Emas 2045”, Diyan mengangkat pita merah putih yang menjulang ke atas membentuk burung Garuda sebagai elemen utama logonya.

“Pita merah putih saya ibaratkan perjalanan panjang pendidikan Indonesia menuju kejayaan. Garuda melambangkan semangat juang, kepemimpinan, dan cita-cita tinggi,” katanya menegaskan.

photo
Logo Terpilih Sekolah Garuda - (Kemenag)

Karya Diyan bukan sekadar tampilan visual, tetapi pernyataan filosofis tentang arah pendidikan nasional. Logo itu menggambarkan semangat kebangsaan, karakter unggul, dan orientasi masa depan.

Setiap lekuk dan warna merepresentasikan nilai-nilai Pancasila serta pilar pendidikan yang mendorong lahirnya generasi berdaya saing global.

“Logo ini saya persembahkan untuk dunia pendidikan Indonesia. Semoga menjadi simbol semangat baru bagi generasi muda agar terus berinovasi dan melahirkan karya-karya terbaik,” ujarnya.

Meski proses desainnya hanya memakan waktu tiga hingga empat hari, bagian paling berat justru pada tahap riset dan perenungan ide.

“Eksekusi desain hanya beberapa jam, tapi riset ide, eksplorasi makna, dan pemilihan bentuk visual itu yang paling lama,” katanya. Ia percaya, desain yang baik lahir bukan dari alat, melainkan dari pemahaman yang mendalam.

Kemenangan ini menjadi penanda santri dan alumni pesantren memiliki ruang luas untuk berkontribusi di ranah kreatif dan teknologi.

“Harapan saya, semoga Sekolah Garuda benar-benar bisa menjadi jembatan pendidikan unggul bagi anak-anak di seluruh pelosok negeri. Bukan sekadar proyek jangka pendek, tapi cita-cita panjang menuju Indonesia Emas,” ujarnya.

Sebagai alumnus UIN, Diyan menitipkan pesan agar kampus Islam memberi ruang lebih bagi mahasiswa kreatif. “Akan luar biasa kalau ke depan ada jurusan Desain Komunikasi Visual di UIN. Banyak santri dan mahasiswa Islam punya potensi besar di bidang kreatif,” katanya.

Ia pun mengapresiasi Ditjen Saintek atas kompetisi yang terbuka dan profesional. “Mulai dari administrasi hingga penjurian, semuanya transparan. Ini contoh baik bagi lomba-lomba nasional yang melibatkan publik,” tambahnya.

Kini, setiap kali melihat logo Sekolah Garuda terpasang di media, Diyan teringat malam-malam panjangnya di pondok ketika menggambar dengan kuas sederhana dan mimpi besar.

Dari santri Gontor menjadi pemenang sayembara nasional, langkahnya menegaskan satu hal: kreativitas dan spiritualitas bisa berjalan seiring, bila dikerjakan dengan niat yang tulus. “Setiap garis adalah doa,” ucapnya pelan.

Doa itu kini terbang bersama Garuda, membawa semangat anak-anak Indonesia menuju masa depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement