REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama besar Turki, Badiuzzaman Said Nursi, mengungkapkan doa bukan sekadar permintaan lisan manusia kepada Allah, tetapi merupakan kunci yang membuka rahmat Ilahi dan jalan menuju kesempurnaan hakiki.
Dalam karyanya berjudul Iman Kunci Kesempurnaan, Nursi menguraikan bahwa doa hadir dalam berbagai bentuk. Pertama, doa lewat “lisan potensi” yang tercermin pada tumbuhan dan hewan ketika masing-masing tumbuh sesuai kodratnya, menjadi cermin dari Asmaul Husna.
Kedua, doa lewat “lisan kebutuhan fitri”, yakni permohonan seluruh makhluk terhadap kebutuhan mendasar yang berada di luar kemampuan mereka, seperti rezeki dan perlindungan hidup. Ketiga, doa lewat “lisan keterdesakan” yang dilantunkan seseorang saat berada dalam kondisi terjepit dan tak memiliki tempat bergantung selain Allah.
Selain itu, terdapat jenis doa keempat yang lebih dekat dengan manusia. Doa ini terbagi dua: doa perbuatan (fi‘li) serta keadaan (hali), dan doa kalbu (qalbi) maupun ucapan (qauli).
Nursi menekankan bahwa bekerja sesuai hukum sebab-akibat sejatinya adalah doa perbuatan. Misalnya, membajak sawah ibarat mengetuk pintu rahmat Allah agar hasil bumi dapat diperoleh. Sementara doa qalbi dan qauli menegaskan hubungan hamba dengan Tuhannya melalui bisikan hati dan lantunan lisan.